Thursday, 15 May 2014

Tes Untuk Populasi Khusus

Tes populasi khusus adalah tes-tes yang diguakan pada orang-orang yang tidak bisa diuji dengan cara biasa atau pada cara umumnya. Dalam tes populasi khusus ini bisa kita lihat dari sisi kelompok usia dan juga ada yang dari sisi kurva normal. Empat kategori utama bisa dikenal dari beberapa jenis :
1.       Tes-tes untuk tingkat bayi dan pra-sekolah.
2.       Tes-tes yang digunakan untuk penaksiran komprehensif orang-orang yang mentalnya terbelakang.
3.       Tes-tes untuk orang dengan beragam kekurangan indrawi dan motorik.
4.       Tes-tes yang dirancang untuk digunakan melintasi berbagai kultur dan sub-kultur.

1. Pengetesan Bayi dan Anak-anak Pra-Sekolah

                Salah satu dari usaha-usaha sistematik yang paling awal untuk memahami perkembangan anak bayi normal dan prasekolah dibuat dalam serangkaian studi longitudinal oleh Arnold Gesell dan rekan-rekannya di Yale (Ames, 1989). Telaah-telaah ini memakan 4 dasawarsa. Studi ini merupakan usaha rintisan untuk memberikan metode yang sistematis dan empiris untuk menaksir perkembangan perilaku anak-anak kecil. Kebanyakan data diperoleh dari observasi langsung atas respon-respon anak terhadap mainan standar dan objek-objek stimulus lain serta dilengkapi dengan informasi yang disediakan oleh orang tua atau pengasuh utama lainnya.             
                Sejumlah anak taman kanak-kanak bisa di tes dalam kelompok-kelompok kecil dengan jenis tes yang disusun untuk tingkat-tingkat dasar. Kebanyakan tes untuk anak-anak dbawah umur 6 tahun adalah tes kinerja atau tes lisan. Sedikit tes saja yang menuntut pemakaian dasar kertas dan pensil. Lazim untu membagi lima tahun pertama menjadi masa bayi dan masa prasekolah.
                Sejak lahir sampai umur mendekati 18 bulan sampai 60 bulan, dari sudut pandang penyelenggara tes, seharusnya diperhatikan juga bahwa seorang bayi harus dites sambil tiduran, dipangku, atau digendong oleh seseorang. Banyak dari tes-tes ini menyangkut oerkembangan sensori-motori, seperti didemonstrasikan oleh kemampuan bayi mengangkat kepala, berbalik, meraih, dan memegang atau mengikuti objek yang bergerak dengan matanya. Di pihak lain, anak prasekolah bisa berjalan, duduk di meja, menggunakan tangannya untuk memanipulasi objek tes, dan berkomunikasi dengan bahasa. Pada tingkat prasekolah, anak juga lebih responsif terhaddap penguji sebagai pribadi, sementara untuk si bayi penguji berfungsi untuk menyediakan objek stimulus. Pengetesan pra-sekolah adalah proses yang jauh lebih antar pribadi.
                Skala-skala khusus yang dirancang untuk anak-anak dan masa kanak-kanak awal serta mewakili berbagai pendekatan adalah :
1.       Skala Weschler
2.       Skala Stanford-Binet
3.       Skala Kaufman
4.       Skala Kemampuan Diferensial.
Skala-skala ini digunakan dalam penilaian anak-anak prasekolah karena tes-tes ini mencakup usia 2-6 tahun selain untuk umur yang lebih tua.

Skala Bayley untuk perkembangan Bayi

Tes yang tersususn dengan amat baik untuk tingkat usia yang paling dini adalah skala Bayley untuk perkembangan bayi. Skala-skala Bayley II memberikan tiga alat komplementer untuk menilai status perkembangan anak diantara umur 1 bulan sampai 3,5 tahun.
·         Mental Scale : skala mental mengambil sampel misalnya ketajaman sensorik dan perseptual, memori, proses belajar, pemecahan masalah, vokalisasi, permulaan komunikasi verbal, dan pemikiran abstrak yang mendasar.
·   Motor Scale : Skala motor melakukan pengukuran kemampuan motorik besar, misalnya duduk, berdiri, berjalan dan menaiki tangga, seperti halnya juga memanipulasi tangan dan jari.
·  Behaviour Rating Scale : skala peringkat perilaku dirangcang untuk menaksir berbagai aspek perkembangan kepribadian, spserti perilaku emosional dan sosial, rentang dan pembangkitan perhatian, ketekuan dan keterarahan pada sasaran.
Bayley mengamati bahwa skala-sakalanya, seperti semua tes bayi, seharusnya digunakan, terutama untuk menaksir status perkembangan dewasa ini daripada untuk memprediksi tingkat-tingkat kemampuan selanjutnya. Perkembangan kemampuan pada usia dini renta terhadap begitu banyak pengaruh yang mengganggu sehingga memberikan prediksi yang bernilai kecil. Aylward (1995) telah mempersiapkan Bayley Infants Neurodevelopmental Screener (BINS), pengukuran yang dirancang untuk dngan cepat, dengan menggunakan kombinasi antara 11 dan 13 soal dari Bayley II dan tes-tes neurologis lainnya.

Skala McCarthy untuk Kemampuan Anak-anak.

Pada tingkat prasekolah, instumen yang tersusun dengan baik adalah McCarthy Scales of Children Abilities yangs esuai bagi anak-anak yang berumur antara 2.5 dan 8.5 tahun. Skala ini terdiri dari 18 tes yang dikelompokkan ke dalam 6 skala yang tumpang tindih.
·         Verbal
·         Kinerja-Perseptual
·         Kuantitatif
·         Kognitif umum : didasarkan pada 15 dari 18 tes dalam kumpulan tes, paling dekat dengan pengukuran global tradisional atas perkembangan intelektual.
·         Memori
·         Motor

Skala-skala Piagetian

Pada dasarnya, skala Piagetian itu ordinal dalam pemngertian bahwa skala-skala itu mengandalkan urutan seragam dari perkembangan melalui tahap-tahap berurutan. Tahap-tahap ini, yang merentang dari periode sejak bayi sampai masa remaja dan seterusnya. Tugas-tugas piagetian berfokus pada perkembangan jangka panjang dari konsep-konsep tertentu atau skemata kognitif dan bukan pada sifat yang luas. Objek utama dari skala-skala Piagetian adalah mendapatkan penjelasan anak untuk peristiwa yang diamati dan alasan-alasan yang mendasari penjelasannya. Skoring secara khusus didasarkan pada kualitas respon-respon terhadap sejumlah kecil situasi masalah yang isajikan pada anak itu dan bukan jumlah atau kesulitan soal-soal yang berhasil diselesaikan. Penguji lebih konsentrasi pada proses pemecahan masalah daripada produk. Tes tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam 2 kategori :
·         Skala ordinal untuk bayi
·  Tugas-tugas yang idrancang untuk melihat pencapaian tahap-tahap pra-operasional, konkret operasional, dan formal operasional.

Ordinal Scales of Psychological Developmental

Dipersiapkan oleh Uzgiris dan Hunt (1975) dan juga dikenal sebagai Infant Psychological Developmental Scales. Skala-skala ini dirancang untuk menilai pencapaian kemampuan kognitif anatara 2 minggu sampai 2 tahun. Umur-umur mencakup apa yang oleh Piaget dicirikan sebagai masa sensorimotorik yang didalamnya terdapat 6 tingkat. Dalam rangka meningkatkan kepekaan instrumen mereka, Uzgiris dan Hunt mengkalsifikasikan respon-respon ini ke dalam lebih daripada 6 tingkat, jumlahnya bervariasi dari 7 sampai 14 dalam skala yang berbeda. Rangkaian ini mencakuo 6 skala yang dinamakan sebagai berikut :
·    Permanensi Objek : pengertian yang muncul dari anak terhadap objek-objek yang secara independen  ada, diindikasikan oleh tindakannya mengikuti objek dengan matanya dan usahanya untuk mencari objek setelah objek itu disembunyikan secara semakin lama semakin sulit.
·       Perkembangan Sarana : untuk mencapai tujuan lingkuan yang disukai, anak menggunakan tangan dan sarana-sarana lain, misalnya tali, tongkat, alat penunjang, dan sebagainya dalam upaya menggapai objek.
·         Imitasi : mencakup peniruan gerak tubuh atau suara.
·   Kausalitas Operasional : anak menangkap dan beradaptasi dengan kausalitas objektif, seperti ditunjukkan oleh respon yang menentang dari secara visual melihat tangannya menjalankan perilaku yang dikendaki dari seorang manusia dan menggerakkan mainan mekanisme.
·  Hubungan-hubungan Objek dalam Ruangan : anak mengkoordinasikan skemata melihat dan mendengar untuk melokasikan objek dalam ruangan dan memahami hubungan-hubungan seperti itu sebagai wadah, keseimbangan, dan gravitasi.
·    Perkembangan Skemata : untuk berhubungan dengan objek, anak memberikan respon terhadap objek dengan melihat, merasa, memanipulasi, menjatuhkan, melempar, dan sebagainya dan dengan cara sosial mendorong skemata yang sesuai untuk objek-objek tertentu.
Skala-skala ini aslinya dirancang untuk mengukur efek dari kondisi lingkungan yang khusus pada laju dan jalannya perkembangan bayi.

2. Mengetes Penyandang Cacat Jasmani

Syarat pendidikan yang sesuai dengan semua anak cacat jasmani dicakup oleh Individuals with Disabilities Education Act. Syarat-syarat Civil Rights umum yang dimandatkan untuk minoritas lain diperluas untu mencakup orang-orang yang memiliki ketidakmampuan jasmani. Perundangan ini melarang dalam bidang-bidang pendidikan praktik mempekerjakan orang, akses pada fasilitas jasmani, pendidikan sekolah, kesehatan, kesejahteraanm dan pelayanan sosial. Jalan utama untuk menangani tes semacam itu meliputi :
1.       Modifikasi medium pengetesan, batas waktu, dan isi tes yang ada.
2.       Penilaian klinis yang disesuaikan dengan individu bersangkutan, yang memadukan skor-skor tes dengan sumber-sumber data lain dari sejarah biografis, wawancar, dan penilaian atas pengamat kehidupan sehari-hari yang mendapat informasi secukupnya.
Educational Testing Service menggunakan versi standar dan non-standar dari College Board SAT dan GRE General Test dengan 4 kelas pelamar cacat, yaitu kerusakan pendenganran, kerusakan penglihatan, ketidakmampuan belajar, dan kerusakan fisik. Karakter-karakter psikometris yang diselidiki mecakup reliabilitas, fungsi soal diferensial, struktur faktor, dan indeks-indeks validitas lain terkait dengan tingkat kerja dan kekuatan prediksi. Masalah-masalah dan prosedur pengetesan khusus dirujukan pada tiga kategori utama ketidakmampuan jasmani, yaitu pendengaran, penglihatan,dan motorik.

Kerusakan Pendengaran

Anak-anak dengan kerusakan pendengaran biasanya dirugikan oleh tes-tes verbal dan bila isi verbal direpresentasikan secara visual. Tetapi dengan kemajuan akhir-akhir ini, penilaian fungsi pendengaran telah mendiagnosis kerusakan pendengaran secara akurt dan memulai pemulihan saat bayi berusia beberapa bulan (Shah & Boyden, 1991). Pengetesan anak-anak tuna rungu adalah sasaran primer dalam pengembangan skala kinerja paling awal, seperti Pintner-Paterson Performance Scale dan Arthur Performance Scale. Ter verbal digunakan jika pertanyaan lisan diketik pada kartu. Pada tingkatan lebih dasar, Hiskey Nebraska Tes of Learning Aptitude (Hiskey, 1966) dikembangkan dan dibakukan pada anak-anak tuli dan sulit mendengar. Ini tes individual yang cocok untuk umur 3 sampai 17 tahun. Hiskey-Nebraska memilki reliabilitas dan bukti validitas memadai dana dipandang sebagai salah satu tes terbaik untuk digunakan pada anak-anak kerusakan pendengaran (Sullivan & Burley, 1990)

Kerusakan Penglihatan

Teknik-teknik pengetesan lain yang sesuai telah digunakan, misalnya dengan tape recorder. Tes-tes seperti College Board Scholastic Assesment Test (SAT) juga dalam format besar atau huruf Braille. Contoh paling awal tes intelegensi umum yang telah diadaptasi untuk para tuna netra adalah tes binet. Profil Weschler atas anak-anak dengan kerusakan pelnglihatan telah menunjukkan pola yang sama melintasi berbagai telaah; hasilnya menunjukkan bahwa komposisi fakorial tugas berbeda untuk mereka dibanding 8ntuk anak penglihatan normal. Meskipun IQ tak dianggap akurat seluruh fungsi kognitif anak dengan kerusakan penglihatan, dlam tangan penguji skala Weschler bisa menyediakan informasi diagnostic yang berguna dengan kekuatan dana kelemahan anak-anak. Untuk anak-anak kerusakan penglihatan mempunyai contoh terbaik yaitu Blind Learning Aptitude Test (BLAT), adalah tes yang diselenggarakan secara individual, yang memasukkan soal-soal yang diapdatasi dari tes-tes lain, misalnya Raven’s Progressive Matrices dan soal-soal non-verbal lainnya, serta mempresentasikannya dalam suatu format yang timbul.

Kerusakan Motorik

Ketidak mampuan motorik yang parah ditemukan di antara orang-orang dengan cerebral palsy yang menggunakan tes intelegensi umum seperti Stanford-Binet. Berbagai tes yang dibahas pada awalnya dirancang untuk digunakan dalam pengetesan silang budaya, juga dapat diterapkan pada orang-orang tidak mampu secara motorik. Adaptasi Leiter International Performance Scale dan Porteus Mazes untuk anak-anak penderita cerebral palsy (Allen & Collins, 1955). Jenis tes lain yang memungkinkan penggunaan repons dengan menunjuk adalah tes kosakata bergambar. Tes ini memberikanukuran cepat atas kosakat “penggunaan” yang membuat tes itu dapat diterapkan, tertama pada orng-orang yang tidak dapat membuat vokalisasi dengan baik dan para tuna rungu. Prosedur yang sama dari pengadaan tes digabungkan dalam tes klasifikasi bergambar, sebagaimana diilustrasikan oleh Columbia Mental Maturity Scale (CMMS-Burgmeister, Blum & Lorge, 1972). Data ekstensif tentang validitas dan kemampuan aplikasi CMMS pada berbagai kelompok individu penyandang cacat sudah tersedia untuk bentuk awal tes ini. Akan tetapi, karena norma-normanya sudah kadaluarsa dan rentang penaksiran kemapuan yang sempit kemampuan aplikasi CMMS agak terbatas.

3. Pendekatan pada Pengetesan Lintas Budaya

 Pendekatan pertama menyangkut pilihan soal yang umum bagi banyak budaya yang berbeda dan validasi tes yang dihasilkan menurut kriteria llokal dalam banyak budaya yang berbeda. Pendekatan kedua adalah mengembangkan tes dalam satu budaya dan menjalankan untuk orang dengan latar belakang budaya yang berbeda. Kita seharusnya menghindari kesalahan karena memandang tes apapun yang dikembangkan dalam kerangka kultural tunggal sebagai tongkat pengukur universal untuk mengukur ‘intelegensi’ atau konstruk-konstruk lainnya. Yang bisa dipastikan dengan tindakan semacam ini adalah jarak kultural antara kelompok-kelompok dan juga derajat akulturasi seseorang serta kesiapannya untuk aktifitas pendidikan dan pekerjaan spesifik untuk budaya tertentu. Pendekatan ketiga adalah berbagai tes yang berberda bisa dikembangkan dalam budaya, divalidasikan menurut kriteria lokal dan digunakan hanya dalam budaya yang sesuai. Tiap tes yang diterapkan hanya dalam budaya dimana tes itu dikembangkan dan tak diusahakan perbandingan lintas-budaya apapun. Pengetesan multikultural bergerak menjauh dari penyusunan tes-tes khusus dan lebih berfokus pada perang penguji selama proses pengetesan. Pada dasarnya, tanggung jawa penguji untuk :
·         Memilih tes yang paling cocok dengan maksud penggunaan tes
·         Menyajikan dan menyelenggarakan tes secara efektif untuk individu-individu tertentu.
·         Menginterpretasikan hasil-hasil tes dilihat dari segi latar belakang dan konteks pengalaman individu (pekerjaan, pendidikan, komunitas, dan sebagainya)

Pengetesan lintas budaya menyoroti peran penting yang dimainkan oleh pola asuh orangtua dan lingkungan rumah tangga dalam perkembangan intelektual seorang anak yang sedang tumbuh. Perbedaan lingkungan tidak terbatas pada populasi etnis atau budaya dengan jelas dapat didefinisikan, tetapi bisa sangat mempengaruhi perkembangan psikologis pribadi.Tes untuk Populasi Khusus

Tes populasi khusus adalah tes-tes yang diguakan pada orang-orang yang tidak bisa diuji dengan cara biasa atau pada cara umumnya. Dalam tes populasi khusus ini bisa kita lihat dari sisi kelompok usia dan juga ada yang dari sisi kurva normal. Empat kategori utama bisa dikenal dari beberapa jenis :
1.       Tes-tes untuk tingkat bayi dan pra-sekolah.
2.       Tes-tes yang digunakan untuk penaksiran komprehensif orang-orang yang mentalnya terbelakang.
3.       Tes-tes untuk orang dengan beragam kekurangan indrawi dan motorik.
4.       Tes-tes yang dirancang untuk digunakan melintasi berbagai kultur dan sub-kultur.

1. Pengetesan Bayi dan Anak-anak Pra-Sekolah

                Salah satu dari usaha-usaha sistematik yang paling awal untuk memahami perkembangan anak bayi normal dan prasekolah dibuat dalam serangkaian studi longitudinal oleh Arnold Gesell dan rekan-rekannya di Yale (Ames, 1989). Telaah-telaah ini memakan 4 dasawarsa. Studi ini merupakan usaha rintisan untuk memberikan metode yang sistematis dan empiris untuk menaksir perkembangan perilaku anak-anak kecil. Kebanyakan data diperoleh dari observasi langsung atas respon-respon anak terhadap mainan standar dan objek-objek stimulus lain serta dilengkapi dengan informasi yang disediakan oleh orang tua atau pengasuh utama lainnya.             
                Sejumlah anak taman kanak-kanak bisa di tes dalam kelompok-kelompok kecil dengan jenis tes yang disusun untuk tingkat-tingkat dasar. Kebanyakan tes untuk anak-anak dbawah umur 6 tahun adalah tes kinerja atau tes lisan. Sedikit tes saja yang menuntut pemakaian dasar kertas dan pensil. Lazim untu membagi lima tahun pertama menjadi masa bayi dan masa prasekolah.
                Sejak lahir sampai umur mendekati 18 bulan sampai 60 bulan, dari sudut pandang penyelenggara tes, seharusnya diperhatikan juga bahwa seorang bayi harus dites sambil tiduran, dipangku, atau digendong oleh seseorang. Banyak dari tes-tes ini menyangkut oerkembangan sensori-motori, seperti didemonstrasikan oleh kemampuan bayi mengangkat kepala, berbalik, meraih, dan memegang atau mengikuti objek yang bergerak dengan matanya. Di pihak lain, anak prasekolah bisa berjalan, duduk di meja, menggunakan tangannya untuk memanipulasi objek tes, dan berkomunikasi dengan bahasa. Pada tingkat prasekolah, anak juga lebih responsif terhaddap penguji sebagai pribadi, sementara untuk si bayi penguji berfungsi untuk menyediakan objek stimulus. Pengetesan pra-sekolah adalah proses yang jauh lebih antar pribadi.
                Skala-skala khusus yang dirancang untuk anak-anak dan masa kanak-kanak awal serta mewakili berbagai pendekatan adalah :
1.       Skala Weschler
2.       Skala Stanford-Binet
3.       Skala Kaufman
4.       Skala Kemampuan Diferensial.
Skala-skala ini digunakan dalam penilaian anak-anak prasekolah karena tes-tes ini mencakup usia 2-6 tahun selain untuk umur yang lebih tua.

Skala Bayley untuk perkembangan Bayi

Tes yang tersususn dengan amat baik untuk tingkat usia yang paling dini adalah skala Bayley untuk perkembangan bayi. Skala-skala Bayley II memberikan tiga alat komplementer untuk menilai status perkembangan anak diantara umur 1 bulan sampai 3,5 tahun.
·         Mental Scale : skala mental mengambil sampel misalnya ketajaman sensorik dan perseptual, memori, proses belajar, pemecahan masalah, vokalisasi, permulaan komunikasi verbal, dan pemikiran abstrak yang mendasar.
·    Motor Scale : Skala motor melakukan pengukuran kemampuan motorik besar, misalnya duduk, berdiri, berjalan dan menaiki tangga, seperti halnya juga memanipulasi tangan dan jari.
·   Behaviour Rating Scale : skala peringkat perilaku dirangcang untuk menaksir berbagai aspek perkembangan kepribadian, spserti perilaku emosional dan sosial, rentang dan pembangkitan perhatian, ketekuan dan keterarahan pada sasaran.
Bayley mengamati bahwa skala-sakalanya, seperti semua tes bayi, seharusnya digunakan, terutama untuk menaksir status perkembangan dewasa ini daripada untuk memprediksi tingkat-tingkat kemampuan selanjutnya. Perkembangan kemampuan pada usia dini renta terhadap begitu banyak pengaruh yang mengganggu sehingga memberikan prediksi yang bernilai kecil. Aylward (1995) telah mempersiapkan Bayley Infants Neurodevelopmental Screener (BINS), pengukuran yang dirancang untuk dngan cepat, dengan menggunakan kombinasi antara 11 dan 13 soal dari Bayley II dan tes-tes neurologis lainnya.

Skala McCarthy untuk Kemampuan Anak-anak.

Pada tingkat prasekolah, instumen yang tersusun dengan baik adalah McCarthy Scales of Children Abilities yangs esuai bagi anak-anak yang berumur antara 2.5 dan 8.5 tahun. Skala ini terdiri dari 18 tes yang dikelompokkan ke dalam 6 skala yang tumpang tindih.
·         Verbal
·         Kinerja-Perseptual
·         Kuantitatif
·   Kognitif umum : didasarkan pada 15 dari 18 tes dalam kumpulan tes, paling dekat dengan pengukuran global tradisional atas perkembangan intelektual.
·         Memori
·         Motor

Skala-skala Piagetian

Pada dasarnya, skala Piagetian itu ordinal dalam pemngertian bahwa skala-skala itu mengandalkan urutan seragam dari perkembangan melalui tahap-tahap berurutan. Tahap-tahap ini, yang merentang dari periode sejak bayi sampai masa remaja dan seterusnya. Tugas-tugas piagetian berfokus pada perkembangan jangka panjang dari konsep-konsep tertentu atau skemata kognitif dan bukan pada sifat yang luas. Objek utama dari skala-skala Piagetian adalah mendapatkan penjelasan anak untuk peristiwa yang diamati dan alasan-alasan yang mendasari penjelasannya. Skoring secara khusus didasarkan pada kualitas respon-respon terhadap sejumlah kecil situasi masalah yang isajikan pada anak itu dan bukan jumlah atau kesulitan soal-soal yang berhasil diselesaikan. Penguji lebih konsentrasi pada proses pemecahan masalah daripada produk. Tes tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam 2 kategori :
·         Skala ordinal untuk bayi
·  Tugas-tugas yang idrancang untuk melihat pencapaian tahap-tahap pra-operasional, konkret operasional, dan formal operasional.

Ordinal Scales of Psychological Developmental

Dipersiapkan oleh Uzgiris dan Hunt (1975) dan juga dikenal sebagai Infant Psychological Developmental Scales. Skala-skala ini dirancang untuk menilai pencapaian kemampuan kognitif anatara 2 minggu sampai 2 tahun. Umur-umur mencakup apa yang oleh Piaget dicirikan sebagai masa sensorimotorik yang didalamnya terdapat 6 tingkat. Dalam rangka meningkatkan kepekaan instrumen mereka, Uzgiris dan Hunt mengkalsifikasikan respon-respon ini ke dalam lebih daripada 6 tingkat, jumlahnya bervariasi dari 7 sampai 14 dalam skala yang berbeda. Rangkaian ini mencakuo 6 skala yang dinamakan sebagai berikut :
·    Permanensi Objek : pengertian yang muncul dari anak terhadap objek-objek yang secara independen  ada, diindikasikan oleh tindakannya mengikuti objek dengan matanya dan usahanya untuk mencari objek setelah objek itu disembunyikan secara semakin lama semakin sulit.
·       Perkembangan Sarana : untuk mencapai tujuan lingkuan yang disukai, anak menggunakan tangan dan sarana-sarana lain, misalnya tali, tongkat, alat penunjang, dan sebagainya dalam upaya menggapai objek.
·         Imitasi : mencakup peniruan gerak tubuh atau suara.
·  Kausalitas Operasional : anak menangkap dan beradaptasi dengan kausalitas objektif, seperti ditunjukkan oleh respon yang menentang dari secara visual melihat tangannya menjalankan perilaku yang dikendaki dari seorang manusia dan menggerakkan mainan mekanisme.
·  Hubungan-hubungan Objek dalam Ruangan : anak mengkoordinasikan skemata melihat dan mendengar untuk melokasikan objek dalam ruangan dan memahami hubungan-hubungan seperti itu sebagai wadah, keseimbangan, dan gravitasi.
·   Perkembangan Skemata : untuk berhubungan dengan objek, anak memberikan respon terhadap objek dengan melihat, merasa, memanipulasi, menjatuhkan, melempar, dan sebagainya dan dengan cara sosial mendorong skemata yang sesuai untuk objek-objek tertentu.
Skala-skala ini aslinya dirancang untuk mengukur efek dari kondisi lingkungan yang khusus pada laju dan jalannya perkembangan bayi.

2. Mengetes Penyandang Cacat Jasmani

Syarat pendidikan yang sesuai dengan semua anak cacat jasmani dicakup oleh Individuals with Disabilities Education Act. Syarat-syarat Civil Rights umum yang dimandatkan untuk minoritas lain diperluas untu mencakup orang-orang yang memiliki ketidakmampuan jasmani. Perundangan ini melarang dalam bidang-bidang pendidikan praktik mempekerjakan orang, akses pada fasilitas jasmani, pendidikan sekolah, kesehatan, kesejahteraanm dan pelayanan sosial. Jalan utama untuk menangani tes semacam itu meliputi :
1.       Modifikasi medium pengetesan, batas waktu, dan isi tes yang ada.
2.       Penilaian klinis yang disesuaikan dengan individu bersangkutan, yang memadukan skor-skor tes dengan sumber-sumber data lain dari sejarah biografis, wawancar, dan penilaian atas pengamat kehidupan sehari-hari yang mendapat informasi secukupnya.
Educational Testing Service menggunakan versi standar dan non-standar dari College Board SAT dan GRE General Test dengan 4 kelas pelamar cacat, yaitu kerusakan pendenganran, kerusakan penglihatan, ketidakmampuan belajar, dan kerusakan fisik. Karakter-karakter psikometris yang diselidiki mecakup reliabilitas, fungsi soal diferensial, struktur faktor, dan indeks-indeks validitas lain terkait dengan tingkat kerja dan kekuatan prediksi. Masalah-masalah dan prosedur pengetesan khusus dirujukan pada tiga kategori utama ketidakmampuan jasmani, yaitu pendengaran, penglihatan,dan motorik.

Kerusakan Pendengaran

Anak-anak dengan kerusakan pendengaran biasanya dirugikan oleh tes-tes verbal dan bila isi verbal direpresentasikan secara visual. Tetapi dengan kemajuan akhir-akhir ini, penilaian fungsi pendengaran telah mendiagnosis kerusakan pendengaran secara akurt dan memulai pemulihan saat bayi berusia beberapa bulan (Shah & Boyden, 1991). Pengetesan anak-anak tuna rungu adalah sasaran primer dalam pengembangan skala kinerja paling awal, seperti Pintner-Paterson Performance Scale dan Arthur Performance Scale. Ter verbal digunakan jika pertanyaan lisan diketik pada kartu. Pada tingkatan lebih dasar, Hiskey Nebraska Tes of Learning Aptitude (Hiskey, 1966) dikembangkan dan dibakukan pada anak-anak tuli dan sulit mendengar. Ini tes individual yang cocok untuk umur 3 sampai 17 tahun. Hiskey-Nebraska memilki reliabilitas dan bukti validitas memadai dana dipandang sebagai salah satu tes terbaik untuk digunakan pada anak-anak kerusakan pendengaran (Sullivan & Burley, 1990)

Kerusakan Penglihatan

Teknik-teknik pengetesan lain yang sesuai telah digunakan, misalnya dengan tape recorder. Tes-tes seperti College Board Scholastic Assesment Test (SAT) juga dalam format besar atau huruf Braille. Contoh paling awal tes intelegensi umum yang telah diadaptasi untuk para tuna netra adalah tes binet. Profil Weschler atas anak-anak dengan kerusakan pelnglihatan telah menunjukkan pola yang sama melintasi berbagai telaah; hasilnya menunjukkan bahwa komposisi fakorial tugas berbeda untuk mereka dibanding 8ntuk anak penglihatan normal. Meskipun IQ tak dianggap akurat seluruh fungsi kognitif anak dengan kerusakan penglihatan, dlam tangan penguji skala Weschler bisa menyediakan informasi diagnostic yang berguna dengan kekuatan dana kelemahan anak-anak. Untuk anak-anak kerusakan penglihatan mempunyai contoh terbaik yaitu Blind Learning Aptitude Test (BLAT), adalah tes yang diselenggarakan secara individual, yang memasukkan soal-soal yang diapdatasi dari tes-tes lain, misalnya Raven’s Progressive Matrices dan soal-soal non-verbal lainnya, serta mempresentasikannya dalam suatu format yang timbul.

Kerusakan Motorik

Ketidak mampuan motorik yang parah ditemukan di antara orang-orang dengan cerebral palsy yang menggunakan tes intelegensi umum seperti Stanford-Binet. Berbagai tes yang dibahas pada awalnya dirancang untuk digunakan dalam pengetesan silang budaya, juga dapat diterapkan pada orang-orang tidak mampu secara motorik. Adaptasi Leiter International Performance Scale dan Porteus Mazes untuk anak-anak penderita cerebral palsy (Allen & Collins, 1955). Jenis tes lain yang memungkinkan penggunaan repons dengan menunjuk adalah tes kosakata bergambar. Tes ini memberikanukuran cepat atas kosakat “penggunaan” yang membuat tes itu dapat diterapkan, tertama pada orng-orang yang tidak dapat membuat vokalisasi dengan baik dan para tuna rungu. Prosedur yang sama dari pengadaan tes digabungkan dalam tes klasifikasi bergambar, sebagaimana diilustrasikan oleh Columbia Mental Maturity Scale (CMMS-Burgmeister, Blum & Lorge, 1972). Data ekstensif tentang validitas dan kemampuan aplikasi CMMS pada berbagai kelompok individu penyandang cacat sudah tersedia untuk bentuk awal tes ini. Akan tetapi, karena norma-normanya sudah kadaluarsa dan rentang penaksiran kemapuan yang sempit kemampuan aplikasi CMMS agak terbatas.

3. Pendekatan pada Pengetesan Lintas Budaya

 Pendekatan pertama menyangkut pilihan soal yang umum bagi banyak budaya yang berbeda dan validasi tes yang dihasilkan menurut kriteria llokal dalam banyak budaya yang berbeda. Pendekatan kedua adalah mengembangkan tes dalam satu budaya dan menjalankan untuk orang dengan latar belakang budaya yang berbeda. Kita seharusnya menghindari kesalahan karena memandang tes apapun yang dikembangkan dalam kerangka kultural tunggal sebagai tongkat pengukur universal untuk mengukur ‘intelegensi’ atau konstruk-konstruk lainnya. Yang bisa dipastikan dengan tindakan semacam ini adalah jarak kultural antara kelompok-kelompok dan juga derajat akulturasi seseorang serta kesiapannya untuk aktifitas pendidikan dan pekerjaan spesifik untuk budaya tertentu. Pendekatan ketiga adalah berbagai tes yang berberda bisa dikembangkan dalam budaya, divalidasikan menurut kriteria lokal dan digunakan hanya dalam budaya yang sesuai. Tiap tes yang diterapkan hanya dalam budaya dimana tes itu dikembangkan dan tak diusahakan perbandingan lintas-budaya apapun. Pengetesan multikultural bergerak menjauh dari penyusunan tes-tes khusus dan lebih berfokus pada perang penguji selama proses pengetesan. Pada dasarnya, tanggung jawa penguji untuk :
·         Memilih tes yang paling cocok dengan maksud penggunaan tes
·         Menyajikan dan menyelenggarakan tes secara efektif untuk individu-individu tertentu.
·         Menginterpretasikan hasil-hasil tes dilihat dari segi latar belakang dan konteks pengalaman individu (pekerjaan, pendidikan, komunitas, dan sebagainya)
Pengetesan lintas budaya menyoroti peran penting yang dimainkan oleh pola asuh orangtua dan lingkungan rumah tangga dalam perkembangan intelektual seorang anak yang sedang tumbuh. Perbedaan lingkungan tidak terbatas pada populasi etnis atau budaya dengan jelas dapat didefinisikan, tetapi bisa sangat mempengaruhi perkembangan psikologis pribadi.

No comments:

Post a Comment