Latar Belakang Tes Proyeksi
Perkembangan psikologi
proyektif banyak didasarkan sebagai protes terhadap teori atau aliran lama yang
kebanyakan bersifat strukturalisme dan behaviorisme yang kebanyakan memandang
individu bukan scara menyeluruh melainkan sebagai kumpulan dari beberapa aspek.
Aspek psikologis manusia yang tidak disadari sulit diungkap dalam kondisi
wajar. Jadi, dalam pendekatan proyektif diperlukan instrumen khusus yang dapat
mengungkap aspek-aspek ketidaksadaran manusia –teknik proyektif ini kemungkinan
subjek mau merespon, walaupun teknik proyektif mempunyai arti interpretatif,
teknik ini pendekatannya menyeluruh (global
approach)
Ada beberapa alasan mengapa
kepribadian testi tidak diungkap atau ditanyakan secara langsung :
· Tidak semua orang dapat mengkomunikasikan
daengan jelas ide-ide dan sikap-sikap yang ada dalam kesadarannya.
· Umumnya lebih mudah meghindari mengatakan
hal-hal tersebut walaupun tidak dengan maksud menyembunyikannya.
·
Banyak hal yang tidak disadari oleh seseorang,
yang tentu saja tidak mampu dia ungkapkan.
Tes ini berawal dari
lingkungan klinis dan tetap merupakan alat yang penting bagi ahli klinis.
Sejumlah metode berkembang dari prosedur terapeutis yang digunakan pada pasien.
Dalam kerangka teoritis, kebanyakan teknik proyeksi mencerminkan pengaruh
konsep psikoanalitik yang tradisional dan modern. Ada beberapa upaya terpisah
yang meletakkan dasar bagi tenik proyektif dalam stimulus respon dalam teori
stimulus respon dan dalam teori perseptual tentang kepribadian. Asumsi dasarnya
adalah apabila subjek atau individu dihadapkan pda hal-hal yang ambigu maka
subjek akan memproyeksikan kepribadiannya melalui jawaban-jawaban terhadap
stimulus itu.
Tes proyeksi adalah
pengungkapan aspek psikologis manusia dengan menggunakan alat proyeksi. Tes ini
berdasar pada eksternalisasi aspek-aspek psikis terutama aspek-aspek
ketidaksadaran ke dalam suatu rangsang yang kurang atau tidak berstruktur yang
bersifat ambigu agar dapat memancing berbagai alternatif jawaban tanpa ada batasan.
Pelopor tes proyeksi adalah
Freud (1984) dengan psikodinamikanya dan kemudian dikembangkan oleh Herman
Rorschach (1921) dengan tes Rorschach dan Murray (1935) dengan tes TAT (Thematic Apperception Test) untuk
mengungkap aspek-aspek kepribadian manusia. Tes proyeksi memberikan stimuli
yang artinya tidak segera jelas; yaitu beberapa hal yang mendorong pasien untuk
memproyeksikan kebutuhannya sendiri ke dalam situasi tes. Tes proyeksi
kemungkinan tidak mempunyai jawaban benar atau salah, orang yang diuji harus
memberikan arti sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, dan persepsinya. Oleh
karena itu, tes proyektif menuntut kesimpulan yang luas dan kualitatif.
Kecenderungan untuk subjektif ini dapat diatasi dengan pengetahuan dan
pengalaman yang lebih besar terhadap tes.
Teknik proyektif yang banyak
dikenal dan digunakan secara luas oleh ahli psikologi lainnya yaitu tes Rorschach, Thematic Apperception Test (TAT), tes Draw-A-Person (DAP), tes Make-A-Picture
Story (MAPS), Michigan Picture Story
Test, dan Sentence Completion Test.
Berikut penjelasan lebih lanjutnya :
a) Thematic Apperception Test (TAT) :
dikenal sebagai teknik interpretasi gambar karena menggunakan rangkaian standar
provokatif berupa gambar ambigu dan subjek yang harus menceritakan sebuah
cerita dari gambar yang tertera. Subjek diminta untuk mengatakan apa yang
dipikirkannya dalam bentuk cerita yang dramatis.
b) Childrean’s Apperception Test (CAT) :
bentuk lain dari TAT adalah CAT yang digunakan untuk anak-anak. CAT menampilkan
sepuluh gambar binatang dalam konteks sosial manusia seperti memainkan game
atau tidur di tempat tidur. Pada versi ini dikenal sebagai CAT atau CAT-A
(gambar binatang).
c) Michigan Picture Story Test (MPST) : tes
ini hampir sama dengan kedua tes diatas dan terdiri dari material yang
menggambarkan anak-anak dalam hubungannya dengan orang tua, polisi, dan figur
otoriter lainnya, juga teman-teman. Tes ini sangat bermanfaat dalam melihat
struktur dari sikap anak-anak terhadap orang dewasa dan teman-teman sekaligus
mengevaluasi masalah yang mungkin timbul.
d) Make-A-Picture Story (MAPS) : tes ini
juga hampir sama dengan MPST dalam interpretasi dan tujuan yang dimilikinya.
Perbedaannya, individu boleh memilih karakter yang ada untuk membuat sebuah
cerita berdasarkan situasi yang ada.
e) Figure Drawing : mungkin sebagian dari
kita pernah melakukan tes ini. Dalam tes ini, kemampuan menggambar bukanlah
faktor utama. Salah satu bentuk tesnya adalah Draw-A-Person dimana individu diminta untuk menggambarkan seorang
lelaki dan perempuan menggunakan pensil dan kertas.
f) Incomplete Sentence Test : dalam metode
proyektif ini, terdiri dari sejumlah kalimat tidak lengkap yang disajikan untuk
dilengkapi. Biasanya bukan merupakan tes standar dan tidak diperlakukan secara
kuantitatif. Peting sebagai bahan pertimbangan dalam situasi klinis yang
memiliki asumsi bahwa respon individu terhadap stimulus yang ambigu merupakan
proyeksi hal-hal yang ada dalam ketidaksadaran. Respon yang diberikan subjek
dapat memberikan gambaran area konflik, termasuk juga kelebihan dan kekurangan
dari kepribadian subjek.
g) Competency Screening Test : diberikan
kepada individu yang menjadi terdakwa untuk mempelajari interscorer kesadaran
dan validitas prediktif tentang status mental atau intelegensi individu terkait
dengan kasus individu yang sedang terjadi. Tes juga secara signifikan
membedakan antara individu yang dikategorikan oleh praktisi sebagai tidak
berkompetensi secara mental dan yang dikategorikan sebagai kompeten dalam
sidang kasus yang dijalani.
h) Rorschach Test : adalah sebuah tes
psikologi dimana subjek mempersepsi sebuah bentuk gambar tinta yang dicatat dan
kemudian dianalisis dengan menggunakan interpretasi psikologis. Beberapa
psikolog menggunakan tes ini untuk memeriksa kepribadian sesorang baik
karakteristik maupun fungsi emosional. Telah digunakan untuk mendeteksi
gangguan pikiran yang mendasari individu, terutama kasus-kasus dimana pasien
tidak mau untuk menggambarkan proses berpikir mereka secara terbuka. Tes ini
mengambil nama dari penciptanya yaitu seorang psikolog bernama Hermann
Rorschach.
Beberapa jenis teknik dalam
tes proyeksi :
· Associative Techniques : subjek menjawab
stimulus dengan perkatan, image, atau ide-ide yang pertama kali muncul.
· Construction Procedures : subjek mengkonstruk
atau membuat suatu produk. Dari cerita itulah keadaan psikologis klien bisa
diungkap.
·
Completion Tasks : melengkapi kalimat atau erita
yang sudah ada atau disediakan sebelumnya.
·
Choice or Ordering Devices : mengatur kembali
gambar, mencatat referensi, dan semacamnya.
·
Expressive Methods : gambar, cara/metode dalam
menyelesaikan sesuatu akan divaluasi.
Fungsi Tes Proyeksi
Tes proyeksi berfungsi untuk
mengungkap keadaan psikologis bawah sadar manusia yang selama ini di represi ke
alam bawah sadar. Melalui tes proyeksi ini diharapkan dinamika psikologis itu
dapat dikeluarkan dengan bantuan dari tes-tes proyeksi ini. Sebagai sebuah tes,
tes proyeksi mempunyai kelebihan dan kekurangan :
·
Dapat mengungkap halhal di bawah sadar untuk
keperluan klinis.
·
Menurunkan ketegangan.
·
Ekonomis
·
Validitas dan reliabilitasnya rendah\
· Tester harus memiliki kemampuan yang khusus
untuk dapat menggunakan tes ini dalam kaitannya dengan ketepatan melakukan
diagnosa.
No comments:
Post a Comment