Pengertian Mental
Kamus besar bahasa Indonesia
mendefinisikan mental sebagai sesuatu yang bersangkutan dengan batin dan watak
manusia. Bukan bersifat badan atau tenaga. Jadi, bukan hanya pembangunan fisik
yang diperhatikan tetapi pembangunan mental juga diperhatikan. Dapat dikatakan
bahwa mental dan fisik tidak mempunyai hubungan yang mendalam.
Kemampuan dan Kesehatan Mental
Seseorang yang mempunyai mental
sehat ditandai dengan sifat-sifat khas antara lain mempunyai kemampuan untuk
bentindak secara efisien, mempunyai tujuan hidup yang jelas, mempunyai konsep
diri yang sehat, mempunyai koordinasi antara segenap potensi dengan
usaha-usahanya, mempunyai regulasi diri dan integrasi kepribadian, dan
mempunyai batin yang tenang. Kesehatan mental tidak hanya memanifestasikan diri
dalam penampakan tanda-tanda tanpa ada gangguan batin saja. Akan tetapi posisi
pribadinya juga harmonis dan baik, selaras dengan dunia luar dan didalam
dirinya sendiri. Begitu juga harmonis dengan lingkungannya. Maka dengan
demikian orang yang sehat mentalnya itu secara mudah dapat melakukan :
- Adaptasi
- Selalu aktif berpartisipasi
- Dapat menerapkan diri dengan lancar pada setiap perubahan sosial.
- Selalu sibuk melaksanakan realisasi diri.
- Senantiasa dapat menikmati kepuasan dalam pemenuhan kebutuhannya.
Turner dan Helms (1995)
mengemukakan bahwa ada 2 dimensi perkembangan mental :
- Dimensi Mental Kualitatif : untuk mengetahui sejauh mana kualitas perkembangan mental yang dicapai sesorang dewasamuda, perlu diperbandingkan dnegan taraf mental yang dicapai pada tahap remaja atau anak-anak. Walaupun Piaget mengatakan bahwa remaja maupun dewasa muda sama-sama berada pada tahap operasi yang sama, yang membedakan adalah bagaimana kemampuan individu tersebut dalam memecahkan sutau masalah. Bagi remaja, kadang kala masih mengalami hambatan, terutama dalam cara memahami suatau persoalan yang bersiat harafiah. Artinya, individu memahami satu permasalahan yang tersurat pada tulisan dan belum memahami suatu yang tesirat dalam masalah tersebut. Hal ini bisa dipahami karena sifat-sifat karakteristik kognitif ini merupakan kelanjutan dari tahap operasi konkret sebelumya.
- Dimensi Mental Kuantitatif : menurut Turner dan Helms, biasanya untuk mengetahui kemampuan mental secara kuantitatif diperlukan suatu pengukuran yang menggunakan skala angka. Dalam suatu penelitian longitudinal yang dilakukan sekitar tahun 1930 dan 1940, ditemukan bahwa taraf intelegensi cenderung menurun. Latar belakang proses penurunan ini dikarenakan perbedaan faktor pendidikan maupun status sosial. Individu yang memiliki latar belakang pendidikan atau status sosial-ekonomi rendah karena jarang memperoleh tantangan tugas yang mengasah kemampuan kecerdasan sehingga cenderung menurunkan kemampuan intelektualnya. Sebaliknya, individu yang memiliki taraf pendidikan ataupun status sosial-ekonomi yang mapan, berarti ketika bekerja banyak menuntut aspek pemikiran intelektual sehingga kemampuan intelektualnya terasah. Denga demikian kemapuan intelektualnya makin baik.
Binet dan Munculnya Tes-tes
Kecerdasan
Dalam berbagai terjemahan dan
adaptasi skala Binet, istilah “usia mental (Mental age)” umumnya digunakan
untuk menggantikan “tingkatan mental (Mental level)”. Karena usia mental adalah
konsep yang begitu sederhana sehingga mudah dipahami. Pengenalan istilah ini
tak diragukan lagi amat berjasa mempopulerkan tes intelegensi. Bagaimanapun
juga tes Binet sendiri menghindari istilah “usia mental” karena implikasi
perkembangannya tak terverivikasi dan lebih menyukai istilah “tingkatan mental”
yang lebih netral. Instrumen Stanford-Binet yang lebih luas dan lebih baik
secara psikometris yang dikembangkan oleh L.M Terman dan koleganya di Stanford
Univerity diperkenalkan istilah IQ. Selanjutnya, Kuhlmann-Binet yang memperluas
skala ini ke bayi yang berusia 3 bulan. Skala ini merupakan salah satu usia
awal untuk mengembangkan tes intelegensi untuk anak usia pra sekolah
Pengukuran Kemampuan Mental
Setiap individu memiliki
karakteristik kemampuan mental yang berbeda dan bervariasi. Kemampuan mental
ini juga dapat dites dan diukur. Tes kemampuan mental pertama kali dikembangkan
sekitar peralihan abad ini. Tes tersebut diterima sebagai metode yang objektif
dan netral untuk mengidentifikasikan bakat dan memastikan kesempatan seseorang.
Tes seperti ini sangat digemari di Amerika untuk menyeleksi pegawai atau
mengklasifikasikan siswa. Contohnya, Civil Service Examination yang setiap
tahun diikuti oleh ribuan orang yang melamar berbagai jabatan. Jika kita
melihat contoh ini, masih banyak orang memandang tes kemampuan sebagai saran
yang paling baik. Namun demikian, di lain pihak menyatakan tes sepeti itu
bersifat terbatas dan sempit. Tes tersebut tidak mengukur karakteristik yang
paling penting dalam usaha menetapkan tingkat keberhasilan yang dicapai di
pekerjaan atau sekolah.
Jenis Tes Kemampuan
Tes pada dasarnya merupakan
sampel perilaku yang diambil pada suatu saat tertentu. Seringkali dibedakan
antara tes prestasi (Achievement Test - yang dirancang untuk mengukur
keterampilan yang telah dicapai dan menunjukkan apa yang dapat dilakukan seseorang
pada saat ini) dan tes bakat (Aptitude Test - yang dirancang untuk memprediksi
apa yang dapat dilakukan seseorang bila dilatih). Akan tetapi, perbadaan kedua jenis tes itu tidak
terlalu jelas. Semua tes menilai keadaan tes individu saat ini, apakah tujuan
tes itu mengukur apa yang telah dipelajari atau memprediksi penampilan di masa
mendatang. Kedua jenis tes itu sering mencakup tipe pertanyaan yang sama dan
menunjukkan hasil yang berkorelasi tinggi. Daripada menganggap tes prestasi dan
tes bakat sebagai dua kategori tes yang berbeda lebih baik memandangnya sebagi
bagian dari suatu kesatuan.
Tes kemampuan juga dapat
dibedakan berdasarkan rangkaian kesatuan umum-khusus : yaitu tes semacam itu
berbeda dalam hal keluasan isinya. Musical Aptitude Profile berada diujung
khusus rangkaian itu. Seperti juga tes mengetik, ujian mengemudi, tes kemampuan
matematik, atau tes pemahaman bacaan. Tes-tes macam ini mengukur kemampuan yang
cukup spesifik. Pada ujung umum rangkaian itu terdapat ujian kecakapan SMA dan
tes bakat skolastik yang mencoba mengukur perkembangan pendidikan di sejumlah
bidang sebagaimana kebanyakan tes dalam serangkaian kemampuan. Tes semacam ini
biasanya tidak terdiri dari soal-soal yang bisa dijawab dengan ingatan
sederhana atau dengan penerapan keterapilan praktis tetapi mengutamakan
soal-soal yang membutuhkan gabungan kemapuan menganalisis, memahami konsep
abstrak, dan menerapkan pengetahuan sebelumnya untuk memecahkan masalah baru.
Sumber :
Sarwono, Sarlito W. Pengantar
Umum Psikologi, Jakarta : Bulan Bintang, 2003.
Kaplan, Robert M and Sacuzzo,
Dennis P. Psychological Testing : Principles, Apllications, and Issues, Eight
Edition. Canada : Nelson Education, Ltd.
Anastasi, Anne dan Susanna,
Urbinna. Tes Psikologi Edisi Ketujuh. Jkarta : PT Indeks, 2007
No comments:
Post a Comment