Sunday, 30 March 2014

Tes Kemampuan Mental

Pengertian Mental

Kamus besar bahasa Indonesia mendefinisikan mental sebagai sesuatu yang bersangkutan dengan batin dan watak manusia. Bukan bersifat badan atau tenaga. Jadi, bukan hanya pembangunan fisik yang diperhatikan tetapi pembangunan mental juga diperhatikan. Dapat dikatakan bahwa mental dan fisik tidak mempunyai hubungan yang mendalam.

Kemampuan dan Kesehatan Mental

Seseorang yang mempunyai mental sehat ditandai dengan sifat-sifat khas antara lain mempunyai kemampuan untuk bentindak secara efisien, mempunyai tujuan hidup yang jelas, mempunyai konsep diri yang sehat, mempunyai koordinasi antara segenap potensi dengan usaha-usahanya, mempunyai regulasi diri dan integrasi kepribadian, dan mempunyai batin yang tenang. Kesehatan mental tidak hanya memanifestasikan diri dalam penampakan tanda-tanda tanpa ada gangguan batin saja. Akan tetapi posisi pribadinya juga harmonis dan baik, selaras dengan dunia luar dan didalam dirinya sendiri. Begitu juga harmonis dengan lingkungannya. Maka dengan demikian orang yang sehat mentalnya itu secara mudah dapat melakukan :
  • Adaptasi
  • Selalu aktif berpartisipasi
  • Dapat menerapkan diri dengan lancar pada setiap perubahan sosial.
  • Selalu sibuk melaksanakan realisasi diri.
  • Senantiasa dapat menikmati kepuasan dalam pemenuhan kebutuhannya.

Turner dan Helms (1995) mengemukakan bahwa ada 2 dimensi perkembangan mental :
  1. Dimensi Mental Kualitatif : untuk mengetahui sejauh mana kualitas perkembangan mental yang dicapai sesorang dewasamuda, perlu diperbandingkan dnegan taraf mental yang dicapai pada tahap remaja atau anak-anak. Walaupun Piaget mengatakan bahwa remaja maupun dewasa muda sama-sama berada pada tahap operasi yang sama, yang membedakan adalah bagaimana kemampuan individu tersebut dalam memecahkan sutau masalah. Bagi remaja, kadang kala masih mengalami hambatan, terutama dalam cara memahami suatau persoalan yang bersiat harafiah. Artinya, individu memahami satu permasalahan yang tersurat pada tulisan dan belum memahami suatu yang tesirat dalam masalah tersebut. Hal ini bisa dipahami karena sifat-sifat karakteristik kognitif ini merupakan kelanjutan dari tahap operasi konkret sebelumya.
  2. Dimensi Mental Kuantitatif : menurut Turner dan Helms, biasanya untuk mengetahui kemampuan mental secara kuantitatif diperlukan suatu pengukuran yang menggunakan skala angka. Dalam suatu penelitian longitudinal yang dilakukan sekitar tahun 1930 dan 1940, ditemukan bahwa taraf intelegensi cenderung menurun. Latar belakang proses penurunan ini dikarenakan perbedaan faktor pendidikan maupun status sosial.  Individu yang memiliki latar belakang pendidikan atau status sosial-ekonomi rendah karena jarang memperoleh tantangan tugas yang mengasah kemampuan kecerdasan sehingga cenderung menurunkan kemampuan intelektualnya. Sebaliknya, individu yang memiliki taraf pendidikan ataupun status sosial-ekonomi yang mapan, berarti ketika bekerja banyak menuntut aspek pemikiran intelektual sehingga kemampuan intelektualnya terasah. Denga demikian kemapuan intelektualnya makin baik.

Binet dan Munculnya Tes-tes Kecerdasan

Dalam berbagai terjemahan dan adaptasi skala Binet, istilah “usia mental (Mental age)” umumnya digunakan untuk menggantikan “tingkatan mental (Mental level)”. Karena usia mental adalah konsep yang begitu sederhana sehingga mudah dipahami. Pengenalan istilah ini tak diragukan lagi amat berjasa mempopulerkan tes intelegensi. Bagaimanapun juga tes Binet sendiri menghindari istilah “usia mental” karena implikasi perkembangannya tak terverivikasi dan lebih menyukai istilah “tingkatan mental” yang lebih netral. Instrumen Stanford-Binet yang lebih luas dan lebih baik secara psikometris yang dikembangkan oleh L.M Terman dan koleganya di Stanford Univerity diperkenalkan istilah IQ. Selanjutnya, Kuhlmann-Binet yang memperluas skala ini ke bayi yang berusia 3 bulan. Skala ini merupakan salah satu usia awal untuk mengembangkan tes intelegensi untuk anak usia pra sekolah

Pengukuran Kemampuan Mental

Setiap individu memiliki karakteristik kemampuan mental yang berbeda dan bervariasi. Kemampuan mental ini juga dapat dites dan diukur. Tes kemampuan mental pertama kali dikembangkan sekitar peralihan abad ini. Tes tersebut diterima sebagai metode yang objektif dan netral untuk mengidentifikasikan bakat dan memastikan kesempatan seseorang. Tes seperti ini sangat digemari di Amerika untuk menyeleksi pegawai atau mengklasifikasikan siswa. Contohnya, Civil Service Examination yang setiap tahun diikuti oleh ribuan orang yang melamar berbagai jabatan. Jika kita melihat contoh ini, masih banyak orang memandang tes kemampuan sebagai saran yang paling baik. Namun demikian, di lain pihak menyatakan tes sepeti itu bersifat terbatas dan sempit. Tes tersebut tidak mengukur karakteristik yang paling penting dalam usaha menetapkan tingkat keberhasilan yang dicapai di pekerjaan atau sekolah.

Jenis Tes Kemampuan

Tes pada dasarnya merupakan sampel perilaku yang diambil pada suatu saat tertentu. Seringkali dibedakan antara tes prestasi (Achievement Test - yang dirancang untuk mengukur keterampilan yang telah dicapai dan menunjukkan apa yang dapat dilakukan seseorang pada saat ini) dan tes bakat (Aptitude Test - yang dirancang untuk memprediksi apa yang dapat dilakukan seseorang bila dilatih). Akan  tetapi, perbadaan kedua jenis tes itu tidak terlalu jelas. Semua tes menilai keadaan tes individu saat ini, apakah tujuan tes itu mengukur apa yang telah dipelajari atau memprediksi penampilan di masa mendatang. Kedua jenis tes itu sering mencakup tipe pertanyaan yang sama dan menunjukkan hasil yang berkorelasi tinggi. Daripada menganggap tes prestasi dan tes bakat sebagai dua kategori tes yang berbeda lebih baik memandangnya sebagi bagian dari suatu kesatuan.
Tes kemampuan juga dapat dibedakan berdasarkan rangkaian kesatuan umum-khusus : yaitu tes semacam itu berbeda dalam hal keluasan isinya. Musical Aptitude Profile berada diujung khusus rangkaian itu. Seperti juga tes mengetik, ujian mengemudi, tes kemampuan matematik, atau tes pemahaman bacaan. Tes-tes macam ini mengukur kemampuan yang cukup spesifik. Pada ujung umum rangkaian itu terdapat ujian kecakapan SMA dan tes bakat skolastik yang mencoba mengukur perkembangan pendidikan di sejumlah bidang sebagaimana kebanyakan tes dalam serangkaian kemampuan. Tes semacam ini biasanya tidak terdiri dari soal-soal yang bisa dijawab dengan ingatan sederhana atau dengan penerapan keterapilan praktis tetapi mengutamakan soal-soal yang membutuhkan gabungan kemapuan menganalisis, memahami konsep abstrak, dan menerapkan pengetahuan sebelumnya untuk memecahkan masalah baru.

Sumber : 
Sarwono, Sarlito W. Pengantar Umum Psikologi, Jakarta : Bulan Bintang, 2003.
Kaplan, Robert M and Sacuzzo, Dennis P. Psychological Testing : Principles, Apllications, and Issues, Eight Edition. Canada : Nelson Education, Ltd.
Anastasi, Anne dan Susanna, Urbinna. Tes Psikologi Edisi Ketujuh. Jkarta : PT Indeks, 2007



No comments:

Post a Comment