Tes populasi khusus adalah
tes-tes yang diguakan pada orang-orang yang tidak bisa diuji dengan cara biasa
atau pada cara umumnya. Dalam tes populasi khusus ini bisa kita lihat dari sisi
kelompok usia dan juga ada yang dari sisi kurva normal. Empat kategori utama
bisa dikenal dari beberapa jenis :
1. Tes-tes
untuk tingkat bayi dan pra-sekolah.
2. Tes-tes
yang digunakan untuk penaksiran komprehensif orang-orang yang mentalnya
terbelakang.
3. Tes-tes
untuk orang dengan beragam kekurangan indrawi dan motorik.
4. Tes-tes
yang dirancang untuk digunakan melintasi berbagai kultur dan sub-kultur.
1. Pengetesan Bayi dan Anak-anak Pra-Sekolah
Salah satu dari usaha-usaha sistematik yang paling
awal untuk memahami perkembangan anak bayi normal dan prasekolah dibuat dalam
serangkaian studi longitudinal oleh Arnold Gesell dan rekan-rekannya di Yale
(Ames, 1989). Telaah-telaah ini memakan 4 dasawarsa. Studi ini merupakan usaha
rintisan untuk memberikan metode yang sistematis dan empiris untuk menaksir
perkembangan perilaku anak-anak kecil. Kebanyakan data diperoleh dari observasi
langsung atas respon-respon anak terhadap mainan standar dan objek-objek
stimulus lain serta dilengkapi dengan informasi yang disediakan oleh orang tua
atau pengasuh utama lainnya.
Sejumlah anak taman kanak-kanak bisa di tes dalam
kelompok-kelompok kecil dengan jenis tes yang disusun untuk tingkat-tingkat
dasar. Kebanyakan tes untuk anak-anak dbawah umur 6 tahun adalah tes kinerja
atau tes lisan. Sedikit tes saja yang menuntut pemakaian dasar kertas dan
pensil. Lazim untu membagi lima tahun pertama menjadi masa bayi dan masa
prasekolah.
Sejak lahir sampai umur mendekati 18 bulan sampai 60
bulan, dari sudut pandang penyelenggara tes, seharusnya diperhatikan juga bahwa
seorang bayi harus dites sambil tiduran, dipangku, atau digendong oleh
seseorang. Banyak dari tes-tes ini menyangkut oerkembangan sensori-motori,
seperti didemonstrasikan oleh kemampuan bayi mengangkat kepala, berbalik, meraih,
dan memegang atau mengikuti objek yang bergerak dengan matanya. Di pihak lain,
anak prasekolah bisa berjalan, duduk di meja, menggunakan tangannya untuk
memanipulasi objek tes, dan berkomunikasi dengan bahasa. Pada tingkat
prasekolah, anak juga lebih responsif terhaddap penguji sebagai pribadi,
sementara untuk si bayi penguji berfungsi untuk menyediakan objek stimulus. Pengetesan
pra-sekolah adalah proses yang jauh lebih antar pribadi.
Skala-skala khusus yang dirancang untuk anak-anak dan
masa kanak-kanak awal serta mewakili berbagai pendekatan adalah :
1. Skala
Weschler
2. Skala
Stanford-Binet
3. Skala
Kaufman
4. Skala
Kemampuan Diferensial.
Skala-skala ini digunakan
dalam penilaian anak-anak prasekolah karena tes-tes ini mencakup usia 2-6 tahun
selain untuk umur yang lebih tua.
Skala Bayley untuk
perkembangan Bayi
Tes yang tersususn dengan amat
baik untuk tingkat usia yang paling dini adalah skala Bayley untuk perkembangan
bayi. Skala-skala Bayley II memberikan tiga alat komplementer untuk menilai
status perkembangan anak diantara umur 1 bulan sampai 3,5 tahun.
·
Mental Scale : skala mental mengambil sampel
misalnya ketajaman sensorik dan perseptual, memori, proses belajar, pemecahan
masalah, vokalisasi, permulaan komunikasi verbal, dan pemikiran abstrak yang mendasar.
· Motor Scale : Skala motor melakukan pengukuran
kemampuan motorik besar, misalnya duduk, berdiri, berjalan dan menaiki tangga,
seperti halnya juga memanipulasi tangan dan jari.
· Behaviour Rating Scale : skala peringkat
perilaku dirangcang untuk menaksir berbagai aspek perkembangan kepribadian,
spserti perilaku emosional dan sosial, rentang dan pembangkitan perhatian,
ketekuan dan keterarahan pada sasaran.
Bayley mengamati bahwa
skala-sakalanya, seperti semua tes bayi, seharusnya digunakan, terutama untuk
menaksir status perkembangan dewasa ini daripada untuk memprediksi
tingkat-tingkat kemampuan selanjutnya. Perkembangan kemampuan pada usia dini
renta terhadap begitu banyak pengaruh yang mengganggu sehingga memberikan
prediksi yang bernilai kecil. Aylward (1995) telah mempersiapkan Bayley Infants
Neurodevelopmental Screener (BINS), pengukuran yang dirancang untuk dngan
cepat, dengan menggunakan kombinasi antara 11 dan 13 soal dari Bayley II dan
tes-tes neurologis lainnya.
Skala McCarthy untuk
Kemampuan Anak-anak.
Pada tingkat prasekolah,
instumen yang tersusun dengan baik adalah McCarthy Scales of Children Abilities
yangs esuai bagi anak-anak yang berumur antara 2.5 dan 8.5 tahun. Skala ini
terdiri dari 18 tes yang dikelompokkan ke dalam 6 skala yang tumpang tindih.
·
Verbal
·
Kinerja-Perseptual
·
Kuantitatif
·
Kognitif umum : didasarkan pada 15 dari 18 tes
dalam kumpulan tes, paling dekat dengan pengukuran global tradisional atas
perkembangan intelektual.
·
Memori
·
Motor
Skala-skala Piagetian
Pada dasarnya, skala Piagetian
itu ordinal dalam pemngertian bahwa skala-skala itu mengandalkan urutan seragam
dari perkembangan melalui tahap-tahap berurutan. Tahap-tahap ini, yang
merentang dari periode sejak bayi sampai masa remaja dan seterusnya.
Tugas-tugas piagetian berfokus pada perkembangan jangka panjang dari
konsep-konsep tertentu atau skemata kognitif dan bukan pada sifat yang luas.
Objek utama dari skala-skala Piagetian adalah mendapatkan penjelasan anak untuk
peristiwa yang diamati dan alasan-alasan yang mendasari penjelasannya. Skoring
secara khusus didasarkan pada kualitas respon-respon terhadap sejumlah kecil
situasi masalah yang isajikan pada anak itu dan bukan jumlah atau kesulitan
soal-soal yang berhasil diselesaikan. Penguji lebih konsentrasi pada proses
pemecahan masalah daripada produk. Tes tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam
2 kategori :
·
Skala ordinal untuk bayi
· Tugas-tugas yang idrancang untuk melihat
pencapaian tahap-tahap pra-operasional, konkret operasional, dan formal
operasional.
Ordinal Scales of
Psychological Developmental
Dipersiapkan oleh Uzgiris dan
Hunt (1975) dan juga dikenal sebagai Infant Psychological Developmental Scales.
Skala-skala ini dirancang untuk menilai pencapaian kemampuan kognitif anatara 2
minggu sampai 2 tahun. Umur-umur mencakup apa yang oleh Piaget dicirikan
sebagai masa sensorimotorik yang didalamnya terdapat 6 tingkat. Dalam rangka
meningkatkan kepekaan instrumen mereka, Uzgiris dan Hunt mengkalsifikasikan
respon-respon ini ke dalam lebih daripada 6 tingkat, jumlahnya bervariasi dari
7 sampai 14 dalam skala yang berbeda. Rangkaian ini mencakuo 6 skala yang
dinamakan sebagai berikut :
· Permanensi Objek : pengertian yang muncul dari
anak terhadap objek-objek yang secara independen ada, diindikasikan oleh tindakannya mengikuti
objek dengan matanya dan usahanya untuk mencari objek setelah objek itu
disembunyikan secara semakin lama semakin sulit.
· Perkembangan Sarana : untuk mencapai tujuan
lingkuan yang disukai, anak menggunakan tangan dan sarana-sarana lain, misalnya
tali, tongkat, alat penunjang, dan sebagainya dalam upaya menggapai objek.
·
Imitasi : mencakup peniruan gerak tubuh atau
suara.
· Kausalitas Operasional : anak menangkap dan
beradaptasi dengan kausalitas objektif, seperti ditunjukkan oleh respon yang
menentang dari secara visual melihat tangannya menjalankan perilaku yang
dikendaki dari seorang manusia dan menggerakkan mainan mekanisme.
· Hubungan-hubungan Objek dalam Ruangan : anak
mengkoordinasikan skemata melihat dan mendengar untuk melokasikan objek dalam
ruangan dan memahami hubungan-hubungan seperti itu sebagai wadah, keseimbangan,
dan gravitasi.
· Perkembangan Skemata : untuk berhubungan dengan
objek, anak memberikan respon terhadap objek dengan melihat, merasa,
memanipulasi, menjatuhkan, melempar, dan sebagainya dan dengan cara sosial
mendorong skemata yang sesuai untuk objek-objek tertentu.
Skala-skala ini aslinya
dirancang untuk mengukur efek dari kondisi lingkungan yang khusus pada laju dan
jalannya perkembangan bayi.
2. Mengetes Penyandang Cacat Jasmani
Syarat pendidikan yang sesuai
dengan semua anak cacat jasmani dicakup oleh Individuals with Disabilities
Education Act. Syarat-syarat Civil Rights umum yang dimandatkan untuk minoritas
lain diperluas untu mencakup orang-orang yang memiliki ketidakmampuan jasmani.
Perundangan ini melarang dalam bidang-bidang pendidikan praktik mempekerjakan
orang, akses pada fasilitas jasmani, pendidikan sekolah, kesehatan,
kesejahteraanm dan pelayanan sosial. Jalan utama untuk menangani tes semacam
itu meliputi :
1. Modifikasi
medium pengetesan, batas waktu, dan isi tes yang ada.
2. Penilaian
klinis yang disesuaikan dengan individu bersangkutan, yang memadukan skor-skor
tes dengan sumber-sumber data lain dari sejarah biografis, wawancar, dan
penilaian atas pengamat kehidupan sehari-hari yang mendapat informasi
secukupnya.
Educational Testing Service
menggunakan versi standar dan non-standar dari College Board SAT dan GRE
General Test dengan 4 kelas pelamar cacat, yaitu kerusakan pendenganran,
kerusakan penglihatan, ketidakmampuan belajar, dan kerusakan fisik.
Karakter-karakter psikometris yang diselidiki mecakup reliabilitas, fungsi soal
diferensial, struktur faktor, dan indeks-indeks validitas lain terkait dengan
tingkat kerja dan kekuatan prediksi. Masalah-masalah dan prosedur pengetesan
khusus dirujukan pada tiga kategori utama ketidakmampuan jasmani, yaitu
pendengaran, penglihatan,dan motorik.
Kerusakan Pendengaran
Anak-anak dengan kerusakan
pendengaran biasanya dirugikan oleh tes-tes verbal dan bila isi verbal
direpresentasikan secara visual. Tetapi dengan kemajuan akhir-akhir ini,
penilaian fungsi pendengaran telah mendiagnosis kerusakan pendengaran secara
akurt dan memulai pemulihan saat bayi berusia beberapa bulan (Shah &
Boyden, 1991). Pengetesan anak-anak tuna rungu adalah sasaran primer dalam
pengembangan skala kinerja paling awal, seperti Pintner-Paterson Performance
Scale dan Arthur Performance Scale. Ter verbal digunakan jika pertanyaan lisan
diketik pada kartu. Pada tingkatan lebih dasar, Hiskey Nebraska Tes of Learning
Aptitude (Hiskey, 1966) dikembangkan dan dibakukan pada anak-anak tuli dan
sulit mendengar. Ini tes individual yang cocok untuk umur 3 sampai 17 tahun. Hiskey-Nebraska
memilki reliabilitas dan bukti validitas memadai dana dipandang sebagai salah
satu tes terbaik untuk digunakan pada anak-anak kerusakan pendengaran (Sullivan
& Burley, 1990)
Kerusakan Penglihatan
Teknik-teknik pengetesan lain
yang sesuai telah digunakan, misalnya dengan tape recorder. Tes-tes seperti
College Board Scholastic Assesment Test (SAT) juga dalam format besar atau
huruf Braille. Contoh paling awal tes intelegensi umum yang telah diadaptasi
untuk para tuna netra adalah tes binet. Profil Weschler atas anak-anak dengan
kerusakan pelnglihatan telah menunjukkan pola yang sama melintasi berbagai
telaah; hasilnya menunjukkan bahwa komposisi fakorial tugas berbeda untuk
mereka dibanding 8ntuk anak penglihatan normal. Meskipun IQ tak dianggap akurat
seluruh fungsi kognitif anak dengan kerusakan penglihatan, dlam tangan penguji
skala Weschler bisa menyediakan informasi diagnostic yang berguna dengan
kekuatan dana kelemahan anak-anak. Untuk anak-anak kerusakan penglihatan
mempunyai contoh terbaik yaitu Blind Learning Aptitude Test (BLAT), adalah tes
yang diselenggarakan secara individual, yang memasukkan soal-soal yang
diapdatasi dari tes-tes lain, misalnya Raven’s Progressive Matrices dan
soal-soal non-verbal lainnya, serta mempresentasikannya dalam suatu format yang
timbul.
Kerusakan Motorik
Ketidak mampuan motorik yang
parah ditemukan di antara orang-orang dengan cerebral palsy yang menggunakan
tes intelegensi umum seperti Stanford-Binet. Berbagai tes yang dibahas pada
awalnya dirancang untuk digunakan dalam pengetesan silang budaya, juga dapat
diterapkan pada orang-orang tidak mampu secara motorik. Adaptasi Leiter
International Performance Scale dan Porteus Mazes untuk anak-anak penderita
cerebral palsy (Allen & Collins, 1955). Jenis tes lain yang memungkinkan
penggunaan repons dengan menunjuk adalah tes kosakata bergambar. Tes ini memberikanukuran
cepat atas kosakat “penggunaan” yang membuat tes itu dapat diterapkan, tertama
pada orng-orang yang tidak dapat membuat vokalisasi dengan baik dan para tuna
rungu. Prosedur yang sama dari pengadaan tes digabungkan dalam tes klasifikasi
bergambar, sebagaimana diilustrasikan oleh Columbia Mental Maturity Scale
(CMMS-Burgmeister, Blum & Lorge, 1972). Data ekstensif tentang validitas
dan kemampuan aplikasi CMMS pada berbagai kelompok individu penyandang cacat
sudah tersedia untuk bentuk awal tes ini. Akan tetapi, karena norma-normanya
sudah kadaluarsa dan rentang penaksiran kemapuan yang sempit kemampuan aplikasi
CMMS agak terbatas.
3. Pendekatan pada Pengetesan Lintas Budaya
Pendekatan pertama menyangkut pilihan soal
yang umum bagi banyak budaya yang berbeda dan validasi tes yang dihasilkan
menurut kriteria llokal dalam banyak budaya yang berbeda. Pendekatan kedua
adalah mengembangkan tes dalam satu budaya dan menjalankan untuk orang dengan
latar belakang budaya yang berbeda. Kita seharusnya menghindari kesalahan
karena memandang tes apapun yang dikembangkan dalam kerangka kultural tunggal
sebagai tongkat pengukur universal untuk mengukur ‘intelegensi’ atau
konstruk-konstruk lainnya. Yang bisa dipastikan dengan tindakan semacam ini
adalah jarak kultural antara kelompok-kelompok dan juga derajat akulturasi
seseorang serta kesiapannya untuk aktifitas pendidikan dan pekerjaan spesifik
untuk budaya tertentu. Pendekatan ketiga adalah berbagai tes yang berberda bisa
dikembangkan dalam budaya, divalidasikan menurut kriteria lokal dan digunakan
hanya dalam budaya yang sesuai. Tiap tes yang diterapkan hanya dalam budaya
dimana tes itu dikembangkan dan tak diusahakan perbandingan lintas-budaya
apapun. Pengetesan multikultural bergerak menjauh dari penyusunan tes-tes
khusus dan lebih berfokus pada perang penguji selama proses pengetesan. Pada
dasarnya, tanggung jawa penguji untuk :
·
Memilih tes yang paling cocok dengan maksud
penggunaan tes
·
Menyajikan dan menyelenggarakan tes secara
efektif untuk individu-individu tertentu.
·
Menginterpretasikan hasil-hasil tes dilihat dari
segi latar belakang dan konteks pengalaman individu (pekerjaan, pendidikan,
komunitas, dan sebagainya)
Pengetesan lintas budaya
menyoroti peran penting yang dimainkan oleh pola asuh orangtua dan lingkungan
rumah tangga dalam perkembangan intelektual seorang anak yang sedang tumbuh.
Perbedaan lingkungan tidak terbatas pada populasi etnis atau budaya dengan
jelas dapat didefinisikan, tetapi bisa sangat mempengaruhi perkembangan
psikologis pribadi.Tes untuk Populasi Khusus
Tes populasi khusus adalah
tes-tes yang diguakan pada orang-orang yang tidak bisa diuji dengan cara biasa
atau pada cara umumnya. Dalam tes populasi khusus ini bisa kita lihat dari sisi
kelompok usia dan juga ada yang dari sisi kurva normal. Empat kategori utama
bisa dikenal dari beberapa jenis :
1. Tes-tes
untuk tingkat bayi dan pra-sekolah.
2. Tes-tes
yang digunakan untuk penaksiran komprehensif orang-orang yang mentalnya
terbelakang.
3. Tes-tes
untuk orang dengan beragam kekurangan indrawi dan motorik.
4. Tes-tes
yang dirancang untuk digunakan melintasi berbagai kultur dan sub-kultur.
1. Pengetesan Bayi dan Anak-anak Pra-Sekolah
Salah satu dari usaha-usaha sistematik yang paling
awal untuk memahami perkembangan anak bayi normal dan prasekolah dibuat dalam
serangkaian studi longitudinal oleh Arnold Gesell dan rekan-rekannya di Yale
(Ames, 1989). Telaah-telaah ini memakan 4 dasawarsa. Studi ini merupakan usaha
rintisan untuk memberikan metode yang sistematis dan empiris untuk menaksir
perkembangan perilaku anak-anak kecil. Kebanyakan data diperoleh dari observasi
langsung atas respon-respon anak terhadap mainan standar dan objek-objek
stimulus lain serta dilengkapi dengan informasi yang disediakan oleh orang tua
atau pengasuh utama lainnya.
Sejumlah anak taman kanak-kanak bisa di tes dalam
kelompok-kelompok kecil dengan jenis tes yang disusun untuk tingkat-tingkat
dasar. Kebanyakan tes untuk anak-anak dbawah umur 6 tahun adalah tes kinerja
atau tes lisan. Sedikit tes saja yang menuntut pemakaian dasar kertas dan
pensil. Lazim untu membagi lima tahun pertama menjadi masa bayi dan masa
prasekolah.
Sejak lahir sampai umur mendekati 18 bulan sampai 60
bulan, dari sudut pandang penyelenggara tes, seharusnya diperhatikan juga bahwa
seorang bayi harus dites sambil tiduran, dipangku, atau digendong oleh
seseorang. Banyak dari tes-tes ini menyangkut oerkembangan sensori-motori,
seperti didemonstrasikan oleh kemampuan bayi mengangkat kepala, berbalik, meraih,
dan memegang atau mengikuti objek yang bergerak dengan matanya. Di pihak lain,
anak prasekolah bisa berjalan, duduk di meja, menggunakan tangannya untuk
memanipulasi objek tes, dan berkomunikasi dengan bahasa. Pada tingkat
prasekolah, anak juga lebih responsif terhaddap penguji sebagai pribadi,
sementara untuk si bayi penguji berfungsi untuk menyediakan objek stimulus. Pengetesan
pra-sekolah adalah proses yang jauh lebih antar pribadi.
Skala-skala khusus yang dirancang untuk anak-anak dan
masa kanak-kanak awal serta mewakili berbagai pendekatan adalah :
1. Skala
Weschler
2. Skala
Stanford-Binet
3. Skala
Kaufman
4. Skala
Kemampuan Diferensial.
Skala-skala ini digunakan
dalam penilaian anak-anak prasekolah karena tes-tes ini mencakup usia 2-6 tahun
selain untuk umur yang lebih tua.
Skala Bayley untuk
perkembangan Bayi
Tes yang tersususn dengan amat
baik untuk tingkat usia yang paling dini adalah skala Bayley untuk perkembangan
bayi. Skala-skala Bayley II memberikan tiga alat komplementer untuk menilai
status perkembangan anak diantara umur 1 bulan sampai 3,5 tahun.
·
Mental Scale : skala mental mengambil sampel
misalnya ketajaman sensorik dan perseptual, memori, proses belajar, pemecahan
masalah, vokalisasi, permulaan komunikasi verbal, dan pemikiran abstrak yang mendasar.
· Motor Scale : Skala motor melakukan pengukuran
kemampuan motorik besar, misalnya duduk, berdiri, berjalan dan menaiki tangga,
seperti halnya juga memanipulasi tangan dan jari.
· Behaviour Rating Scale : skala peringkat
perilaku dirangcang untuk menaksir berbagai aspek perkembangan kepribadian,
spserti perilaku emosional dan sosial, rentang dan pembangkitan perhatian,
ketekuan dan keterarahan pada sasaran.
Bayley mengamati bahwa
skala-sakalanya, seperti semua tes bayi, seharusnya digunakan, terutama untuk
menaksir status perkembangan dewasa ini daripada untuk memprediksi
tingkat-tingkat kemampuan selanjutnya. Perkembangan kemampuan pada usia dini
renta terhadap begitu banyak pengaruh yang mengganggu sehingga memberikan
prediksi yang bernilai kecil. Aylward (1995) telah mempersiapkan Bayley Infants
Neurodevelopmental Screener (BINS), pengukuran yang dirancang untuk dngan
cepat, dengan menggunakan kombinasi antara 11 dan 13 soal dari Bayley II dan
tes-tes neurologis lainnya.
Skala McCarthy untuk
Kemampuan Anak-anak.
Pada tingkat prasekolah,
instumen yang tersusun dengan baik adalah McCarthy Scales of Children Abilities
yangs esuai bagi anak-anak yang berumur antara 2.5 dan 8.5 tahun. Skala ini
terdiri dari 18 tes yang dikelompokkan ke dalam 6 skala yang tumpang tindih.
·
Verbal
·
Kinerja-Perseptual
·
Kuantitatif
· Kognitif umum : didasarkan pada 15 dari 18 tes
dalam kumpulan tes, paling dekat dengan pengukuran global tradisional atas
perkembangan intelektual.
·
Memori
·
Motor
Skala-skala Piagetian
Pada dasarnya, skala Piagetian
itu ordinal dalam pemngertian bahwa skala-skala itu mengandalkan urutan seragam
dari perkembangan melalui tahap-tahap berurutan. Tahap-tahap ini, yang
merentang dari periode sejak bayi sampai masa remaja dan seterusnya.
Tugas-tugas piagetian berfokus pada perkembangan jangka panjang dari
konsep-konsep tertentu atau skemata kognitif dan bukan pada sifat yang luas.
Objek utama dari skala-skala Piagetian adalah mendapatkan penjelasan anak untuk
peristiwa yang diamati dan alasan-alasan yang mendasari penjelasannya. Skoring
secara khusus didasarkan pada kualitas respon-respon terhadap sejumlah kecil
situasi masalah yang isajikan pada anak itu dan bukan jumlah atau kesulitan
soal-soal yang berhasil diselesaikan. Penguji lebih konsentrasi pada proses
pemecahan masalah daripada produk. Tes tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam
2 kategori :
·
Skala ordinal untuk bayi
· Tugas-tugas yang idrancang untuk melihat
pencapaian tahap-tahap pra-operasional, konkret operasional, dan formal
operasional.
Ordinal Scales of
Psychological Developmental
Dipersiapkan oleh Uzgiris dan
Hunt (1975) dan juga dikenal sebagai Infant Psychological Developmental Scales.
Skala-skala ini dirancang untuk menilai pencapaian kemampuan kognitif anatara 2
minggu sampai 2 tahun. Umur-umur mencakup apa yang oleh Piaget dicirikan
sebagai masa sensorimotorik yang didalamnya terdapat 6 tingkat. Dalam rangka
meningkatkan kepekaan instrumen mereka, Uzgiris dan Hunt mengkalsifikasikan
respon-respon ini ke dalam lebih daripada 6 tingkat, jumlahnya bervariasi dari
7 sampai 14 dalam skala yang berbeda. Rangkaian ini mencakuo 6 skala yang
dinamakan sebagai berikut :
· Permanensi Objek : pengertian yang muncul dari
anak terhadap objek-objek yang secara independen ada, diindikasikan oleh tindakannya mengikuti
objek dengan matanya dan usahanya untuk mencari objek setelah objek itu
disembunyikan secara semakin lama semakin sulit.
· Perkembangan Sarana : untuk mencapai tujuan
lingkuan yang disukai, anak menggunakan tangan dan sarana-sarana lain, misalnya
tali, tongkat, alat penunjang, dan sebagainya dalam upaya menggapai objek.
·
Imitasi : mencakup peniruan gerak tubuh atau
suara.
· Kausalitas Operasional : anak menangkap dan
beradaptasi dengan kausalitas objektif, seperti ditunjukkan oleh respon yang
menentang dari secara visual melihat tangannya menjalankan perilaku yang
dikendaki dari seorang manusia dan menggerakkan mainan mekanisme.
· Hubungan-hubungan Objek dalam Ruangan : anak
mengkoordinasikan skemata melihat dan mendengar untuk melokasikan objek dalam
ruangan dan memahami hubungan-hubungan seperti itu sebagai wadah, keseimbangan,
dan gravitasi.
· Perkembangan Skemata : untuk berhubungan dengan
objek, anak memberikan respon terhadap objek dengan melihat, merasa,
memanipulasi, menjatuhkan, melempar, dan sebagainya dan dengan cara sosial
mendorong skemata yang sesuai untuk objek-objek tertentu.
Skala-skala ini aslinya
dirancang untuk mengukur efek dari kondisi lingkungan yang khusus pada laju dan
jalannya perkembangan bayi.
2. Mengetes Penyandang Cacat Jasmani
Syarat pendidikan yang sesuai
dengan semua anak cacat jasmani dicakup oleh Individuals with Disabilities
Education Act. Syarat-syarat Civil Rights umum yang dimandatkan untuk minoritas
lain diperluas untu mencakup orang-orang yang memiliki ketidakmampuan jasmani.
Perundangan ini melarang dalam bidang-bidang pendidikan praktik mempekerjakan
orang, akses pada fasilitas jasmani, pendidikan sekolah, kesehatan,
kesejahteraanm dan pelayanan sosial. Jalan utama untuk menangani tes semacam
itu meliputi :
1. Modifikasi
medium pengetesan, batas waktu, dan isi tes yang ada.
2. Penilaian
klinis yang disesuaikan dengan individu bersangkutan, yang memadukan skor-skor
tes dengan sumber-sumber data lain dari sejarah biografis, wawancar, dan
penilaian atas pengamat kehidupan sehari-hari yang mendapat informasi
secukupnya.
Educational Testing Service
menggunakan versi standar dan non-standar dari College Board SAT dan GRE
General Test dengan 4 kelas pelamar cacat, yaitu kerusakan pendenganran,
kerusakan penglihatan, ketidakmampuan belajar, dan kerusakan fisik.
Karakter-karakter psikometris yang diselidiki mecakup reliabilitas, fungsi soal
diferensial, struktur faktor, dan indeks-indeks validitas lain terkait dengan
tingkat kerja dan kekuatan prediksi. Masalah-masalah dan prosedur pengetesan
khusus dirujukan pada tiga kategori utama ketidakmampuan jasmani, yaitu
pendengaran, penglihatan,dan motorik.
Kerusakan Pendengaran
Anak-anak dengan kerusakan
pendengaran biasanya dirugikan oleh tes-tes verbal dan bila isi verbal
direpresentasikan secara visual. Tetapi dengan kemajuan akhir-akhir ini,
penilaian fungsi pendengaran telah mendiagnosis kerusakan pendengaran secara
akurt dan memulai pemulihan saat bayi berusia beberapa bulan (Shah &
Boyden, 1991). Pengetesan anak-anak tuna rungu adalah sasaran primer dalam
pengembangan skala kinerja paling awal, seperti Pintner-Paterson Performance
Scale dan Arthur Performance Scale. Ter verbal digunakan jika pertanyaan lisan
diketik pada kartu. Pada tingkatan lebih dasar, Hiskey Nebraska Tes of Learning
Aptitude (Hiskey, 1966) dikembangkan dan dibakukan pada anak-anak tuli dan
sulit mendengar. Ini tes individual yang cocok untuk umur 3 sampai 17 tahun. Hiskey-Nebraska
memilki reliabilitas dan bukti validitas memadai dana dipandang sebagai salah
satu tes terbaik untuk digunakan pada anak-anak kerusakan pendengaran (Sullivan
& Burley, 1990)
Kerusakan Penglihatan
Teknik-teknik pengetesan lain
yang sesuai telah digunakan, misalnya dengan tape recorder. Tes-tes seperti
College Board Scholastic Assesment Test (SAT) juga dalam format besar atau
huruf Braille. Contoh paling awal tes intelegensi umum yang telah diadaptasi
untuk para tuna netra adalah tes binet. Profil Weschler atas anak-anak dengan
kerusakan pelnglihatan telah menunjukkan pola yang sama melintasi berbagai
telaah; hasilnya menunjukkan bahwa komposisi fakorial tugas berbeda untuk
mereka dibanding 8ntuk anak penglihatan normal. Meskipun IQ tak dianggap akurat
seluruh fungsi kognitif anak dengan kerusakan penglihatan, dlam tangan penguji
skala Weschler bisa menyediakan informasi diagnostic yang berguna dengan
kekuatan dana kelemahan anak-anak. Untuk anak-anak kerusakan penglihatan
mempunyai contoh terbaik yaitu Blind Learning Aptitude Test (BLAT), adalah tes
yang diselenggarakan secara individual, yang memasukkan soal-soal yang
diapdatasi dari tes-tes lain, misalnya Raven’s Progressive Matrices dan
soal-soal non-verbal lainnya, serta mempresentasikannya dalam suatu format yang
timbul.
Kerusakan Motorik
Ketidak mampuan motorik yang
parah ditemukan di antara orang-orang dengan cerebral palsy yang menggunakan
tes intelegensi umum seperti Stanford-Binet. Berbagai tes yang dibahas pada
awalnya dirancang untuk digunakan dalam pengetesan silang budaya, juga dapat
diterapkan pada orang-orang tidak mampu secara motorik. Adaptasi Leiter
International Performance Scale dan Porteus Mazes untuk anak-anak penderita
cerebral palsy (Allen & Collins, 1955). Jenis tes lain yang memungkinkan
penggunaan repons dengan menunjuk adalah tes kosakata bergambar. Tes ini memberikanukuran
cepat atas kosakat “penggunaan” yang membuat tes itu dapat diterapkan, tertama
pada orng-orang yang tidak dapat membuat vokalisasi dengan baik dan para tuna
rungu. Prosedur yang sama dari pengadaan tes digabungkan dalam tes klasifikasi
bergambar, sebagaimana diilustrasikan oleh Columbia Mental Maturity Scale
(CMMS-Burgmeister, Blum & Lorge, 1972). Data ekstensif tentang validitas
dan kemampuan aplikasi CMMS pada berbagai kelompok individu penyandang cacat
sudah tersedia untuk bentuk awal tes ini. Akan tetapi, karena norma-normanya
sudah kadaluarsa dan rentang penaksiran kemapuan yang sempit kemampuan aplikasi
CMMS agak terbatas.
3. Pendekatan pada Pengetesan Lintas Budaya
Pendekatan pertama menyangkut pilihan soal
yang umum bagi banyak budaya yang berbeda dan validasi tes yang dihasilkan
menurut kriteria llokal dalam banyak budaya yang berbeda. Pendekatan kedua
adalah mengembangkan tes dalam satu budaya dan menjalankan untuk orang dengan
latar belakang budaya yang berbeda. Kita seharusnya menghindari kesalahan
karena memandang tes apapun yang dikembangkan dalam kerangka kultural tunggal
sebagai tongkat pengukur universal untuk mengukur ‘intelegensi’ atau
konstruk-konstruk lainnya. Yang bisa dipastikan dengan tindakan semacam ini
adalah jarak kultural antara kelompok-kelompok dan juga derajat akulturasi
seseorang serta kesiapannya untuk aktifitas pendidikan dan pekerjaan spesifik
untuk budaya tertentu. Pendekatan ketiga adalah berbagai tes yang berberda bisa
dikembangkan dalam budaya, divalidasikan menurut kriteria lokal dan digunakan
hanya dalam budaya yang sesuai. Tiap tes yang diterapkan hanya dalam budaya
dimana tes itu dikembangkan dan tak diusahakan perbandingan lintas-budaya
apapun. Pengetesan multikultural bergerak menjauh dari penyusunan tes-tes
khusus dan lebih berfokus pada perang penguji selama proses pengetesan. Pada
dasarnya, tanggung jawa penguji untuk :
·
Memilih tes yang paling cocok dengan maksud
penggunaan tes
·
Menyajikan dan menyelenggarakan tes secara
efektif untuk individu-individu tertentu.
·
Menginterpretasikan hasil-hasil tes dilihat dari
segi latar belakang dan konteks pengalaman individu (pekerjaan, pendidikan,
komunitas, dan sebagainya)
Pengetesan lintas budaya
menyoroti peran penting yang dimainkan oleh pola asuh orangtua dan lingkungan
rumah tangga dalam perkembangan intelektual seorang anak yang sedang tumbuh.
Perbedaan lingkungan tidak terbatas pada populasi etnis atau budaya dengan
jelas dapat didefinisikan, tetapi bisa sangat mempengaruhi perkembangan
psikologis pribadi.