Wednesday, 28 May 2014

Analisis Film "Se7en"



Review

                Secara ringkas, film ini bercerita tentang dua detektif bernama Somerset, seorang detektif senior yang sebentar lagi akan pensiun, diperankan oleh Morgan Freeman dan David Mills, seorang detektif muda yang baru saja dipindahkan dari suatu distrik, diperankan oleh Brad Pitt. Dihari pertama mereka bekerja bersama, mereka menemukan seorang pria obesitas yang dipaksa untuk makan sampai akhirnya mati, pria ini mewakili “Gluttony” atau kerakusan. Pada hari selanjutnya, ditemukan seorang jaksa yang juga terbunuh dengan sadis. Di dekat lokasi kematian jaksa ini ditemukan tulisan “Greed” atau keserakahan. Disini, kedua detektif itu menemukan beberapa petunjuk yang menuntun mereka kepada seorang pembunuh berantai yang menghubungkan kejahatannya dengan “Seven deadly sins” atau 7 dosa yang mematikan. Dua hari kemudian, sidik jari yang mereka temukan di lokasi sebelumnya menuntun mereka ke suatu apartemen dan menemukan seorang pria sekarat yang sedang diikatkan ke kasurnya. Pada awalnya, kedua detektif ini mengira bahwa pria itu sudah mati tapi ternyata belum. Di lokasi ini juga ditemukan foto-foto yang sengaja diambil oleh pembunuh tersebut sama seperti di lokasi-lokasi sebelumnya. Pada pria yang ditemukan sekarat ini ditemukan kata “Sloth” atau kemalasan.
                Di sisi lain, ada Tracy Mills, istri dari detektif Mills yang diperankan oleh Gwyneth Paltrow. Dia merasa kurang nyaman dengan kepindahannya ke kota baru ini ditambah dengan kasus yang sedang ditangani suaminya. Suatu hari, Tracy mengajak untuk bertemu dengan detektif Somerset. Tracy memberi tahu bahwa dia sedang mengandung dan berencana untuk melakukan aborsi. Namun dicega oleh detektif Somerset yang menyarankan untuk bersabar dan untuk tidak memberi tahu detektif Mills dahulu mengenai kehamilannya.
                Akhirnya setelah melakukan observasi melalui studi pustaka, Somerset dan Mills menemukan seorang pria yang bernama John Doe, yang ditemukan sangat sering meminjam buku mengenai 7 dosa yang mematikan. Mereka melacak tempat tinggal John Doe. Ketika mereka tiba di apartemen John Doe, terjadi kejar-kejaran antara kedua detektif ini dan John Doe. Namun sayangnya John Doe berhasil melarikan diri. Mereka akhirnya memutuskan untuk menyelidiki apartemen milik John Doe yang berisi catata-catatan dan beberapa petunjuk untuk korban selanjutnya. Korban selanjutnya adalah seorang pelacur yang mewakili “Lust” atau nafsu. Hari berikutnya, ditemukan seorang model yang meninggal dengan wajah yang hancur. Ditelusuri bahwa model itu membunuh dirinya dengan memotong hidungnya. Model ini mewakili “Pride” atau kebanggaan.
                Setelah kasus itu, mereka kembali ke kantor polisi, John Doe datang dan menyerahkan diri untuk ditangkap. Setelah diselidiki, ternyata John Doe memotong kulit di tangannya untuk menghindari sidik jarinya diketahui oleh kepolisian. Melalui pengacaranya, John Doe mengatakan bahwa dia akan mengantar kedua detektif itu kepada dua mayat terakhir yang dibunuhnya. Pada akhirnya kedua detektif ini setuju. John Doe mengarahkan mereka ke suatu daerah gurun yang cukup jauh dari kota. Di dalam perjalanan, John Doe mengklain bahwa Tuhan menyuruhnya untuk menghukum orang-orang yang berdosa dan mengungkapkan bahwa dunia adalah tempat yang mengerikan untuk para pendosa itu.
                Setelah sampai di lokasi itu, sebuah van datang. Supir itu kemudian menyerahkan sebuah paket kepada detektif Somerset. Setelah dibuka, Somerset terkejut ketika mengetahui bahwa isi paket tersebut adalah kepala dari istri detektif Mills. Somerset kemudian berlari ke arah Mills yang sedang bersama dengan John Doe. Disitu John Doe berkata bahwa dia iri dengan detektif Mills yang memiliki hidup yang normal. Kemudian Doe mengatakan bahwa dirinya mewakili “Envy” atau iri hati. Ia kemudian memberi tahu kembali detektif Mills mengenai kehamilan Tracy, kemudian bertanya apakah Mills ingin membunuhnya dan menjadi “Wrath” atau murka. Akhirnya detektif Mills, terdorong oleh rasa amrah menembaki John Doe beberapa kali, sampai akhirnya John Doa mati dan “pekerjaannya” dianggap selesai dengan sempurna. Diakhir film, ada suatu quote dari Ernest Hemingway yang isinya,”The world is a fine place and worth fighting for

Teori dan Analisis
                 
Kepribadian menurut Kartini Kartono adalah sifat dan tingkah laku khas seseorang yang membedakannya dengan orang lain ; integrasi karakteristik dari struktur-struktur, pola tingkah laku, minat, pendirian, kemampuan dan potensi yang dimiliki seseorang, segala sesuatu mengenai diri seseorang sebagaimana diketahui orang lain.
                Allport juga mendefinisikan personality sebagau susunan psikofisik yang dinamis dalam diri individu, yang menentukan penyesuaianyang unik terhadap lingkungan. Sistem psikofisik yang dimaksud Allport melipui kebiasaan, sikap, nilai, keyakinan, keadaan emosional, perasaan dan motif yang psikologis tetapi meliputi dasar fisik dalam kelenjar, saraf, dan keadaan fisik secara umum.
                Maslow dan Mittelmann (Kartini Kartono, 1989 : 6-9), menyatakan bahwa pribadi yang normal dengan jiwa yang sehat ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut.

  • Memiliki rasa aman yang tepat (sense of security) 
  • Memiliki penilaian diri (self evaluation) dan wawasan (insight) yang rasional.   
  • Memiliki spontanitas dan emosional yang tepat. 
  • Memiliki kontak dengan realitas secara efisien. 
  • Memiliki dorongan-dorongan dan nafsu-nafsu yang sehat. 
  • Memiliki pengetahuan mengenai dirinya secara objektif. 
  • Memiliki tujuan hidup yang adekuat, tujuan hidup yang realistis, yang didukung oleh potensi. 
  • Mampu belajar dari pengalaman hidupnya. 
  • Sanggup untuk memenuhi tuntutan-tuntutan kelompoknya. 
  • Ada sikap emansipasi yang sehat pada kelompoknya. 
  • Kepribadiannya terintegrasi.

                Singgih Dirgagunarsa (1998 : 145) menyatakan bahwa psikopat merupakan hambatan kejiwaan yang menyebabkan penderita mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri terhadap norma-norma sosial yang ada di lingkungannya. Penderita psikopat memperlihatkan sikap egosentris yang besar, seolah-olah patokan untuk semua perbuatan dirinya sendiri saja. Psikopat tak sama dengan gila (skizofrenia/psikosis) karena seorang psikopat sadar sepenuhnya akan perbuatannya. Gejalanya sendiri sering disebut psikopati, pengidapnya seringkali disebut orang gila tanpa gangguan mental.
                Menurut Kartini Kartono (1999 : 95), psikopat adalah bentul kekalutanmental (mental disorder) yang ditandai dengan tidak adanya pengorganisasian dan pengintegrasian pribadi sehingga penderita tidak pernah bisa bertanggung jawab secara moral dan selalu konflik dengan norma-norma sosial dan hukum. Selanjutnya Kartini Kartono menyebutkan gejala-gejala psikopat antara lain sebagai berikut :

  1. Tingkah laku dan realasi social penederita selalu asosial, eksentrik dan kronis patologis, tidak memiliki kesadaran social dan inteligensi sosial.   
  2. Sikap penderita psikopat selalu tidak menyenangkan orang lain. 
  3. Penderita psikopat cenderung bersikap aneh, sering berbuat kasar bahkan ganas terhadap siapapun.   
  4. enderita psikopat memiliki kepribadian yang labil dan emosi yang tidak matang.

    Dalam bukunya yang berjudul The Mask of Sanity, Hervey Cleckley mendeskripsikan 16 karakteristik yang biasa ditemukan dalam individu psikopat :
  1. Superficial charm and good “intelligence” ditunjukkan pada saat wawancara dengan Doe, detektif Mills dan Somerset berusaha untuk mengetahui asal usul John Doe, mereka menemukan bahwa John Doe kaya dengan sendirinya, berpendidikan, dan gila. Terlihat juga bahwa John Doe berpendidikan dengan caranya mencari cara untuk menghilangkan jejak dan studi-nya mengenai 7 dosa yang mematikan. Dia juga sangat sabar dalam merencakan pembunuhan yang akan dilakukannya secara matang. Saat diwawancara, dia juga pandai dalam memutar balikkan kata dan membuat orang lain ter-persuasi akan apa yang dikatakannya. 
  2. Absence of delusional and other signs of irrational thinking. Dia menganggap bahwa tindakan yang dilakukannya adalah perintah dari Tuhan. Untuk menghukum orang-orang yang dianggap berdosa.
  3. Absence of “nervousness” or psychoneurotic manifestations. Ditunjukkan bahwa saat di investigasi dan diwawancara oleh kedua detektif saat di mobil, John Doe tidak menunjukkan tanda-tanda tertekan. Dia dengan santai menaggapi pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh kedua detektif itu tanpa terlihat terintimidasi.
  4. Unreliability 
  5. Untruthfulness and insincerity. Kurang sesuai dengan karakter John Doe. Karena disini dia mengatakan apa yang benar menurut pikirannya.   
  6.  Lack of remorse and shame. Berdasarkan cerita, John Doe tidak mengalami rasa penyesalan sedikit pun atas pembunuhan yang dilakukannya. Dia juga mengatakan bahwa dia tidak mengashani orang-orang tersebut. Dia malah merasa bangga akan apa yang telah berhasil dia kerjakan. Dia juga tidak malu dianggap sebagai orang gila dan sebagainya.
  7. Inadequately motivated antisocial behavior. Kurang dijelaskan di dalam film. Tapi sepertinya John Doe kurang baik dalam berkomunikasi di lingkungannya. Dia pandai berbicara dan memutarbalikkan fakta yang ada.
  8. Poor judgement and failure to learn by experience
  9. Pathologic egosentric and incapability in love. Kurangnya rasa empati karena dia bisa membunuh para korbannya dengan tenang dan tanpa rasa bersalah. Dia juga membunuh korbannya dengan cara yang sadis dan tidak berperikemanusiaan.
  10. General poverty in mayor affective reaction.
  11. Specific loss of insight. Apa yang benar menurut John Doe sebenarnya sangat merugikan pihak-pihak lain. Disini dia menganggap bahwa dia mendapatkan perintah dari Tuhan yang kemudian dipertanyakan oleh detektif Somerset, jika ini perintah Tuhan menurut John Doe, mengapa dia terlihat sangat senang dengan apa yang dilakukannya dan tidak terlihat terpaksa. Dalam hal ini membunuh.
  12. Unreponsiveness in general interpersonal relations. John Doe kurang peduli dengan lingkungannya. 
  13. Fantastic and uninviting behavior with drink and sometimes without. Hal ini kurang dijelaskan di dalam film ini.
  14. Suicide threats rarely carried out. Seperti di dalam film, John Doe tidak mengancam akan bunuh diri atau sebagainya. Dia hanya menyerahkan diri secara sukarela.
  15. Sex life impersonal, trivial, and poorly integrated
  16. Failure to follow any life plan.

                Ciri-ciri psikopat menurut Psychopathic Checklist-Revised sebagai berikut : fasih berbicara dengan daya tarik yang superfisial, merasa diri berharga, berbohong, menipu dan manipulatif, emosi dangkal atau kurangnya rasa bersalah, kurangnya empati dan sifat tidak berperasaan, gaya hidup parasit, rendahnya kontrol perilaku, perilaku seksual yang sembarangan, tidak realistik, impulsif, tidak bertanggung jawab, gagal mengerjakan tanggung jawab pribadi, relasi pernikahan yang pendek, kenakalan masa remaja, pandai dalam tindak kriminal. (Pasanen & Lee, 2008; Blair, 2010; James, 2010 dalam Ivana Sajogo)

Thursday, 15 May 2014

Tes Minat

Tes  minat (Interest Test) merupakan jenis instrumen tes yang digunakan dalam melakukan penilaian terhadap minat individu dalam berbagai jenis kegiatan (Chaplin, 2000). Sebagian besar dari inventori minat dirancang untuk menaksir minat individu dalam berbagai bidang pekerjaan. Sejumlah inventori juga memberikan analisis minat dalam kurikulum pendidikan atau bidang studi, yang pada gilirannya terkait dengan keputusan karir. Adapun jenis-jenis tes minat ini adalah sebagai berikut :
1.       Strong Interest Inventory (SII)
2.       Self Directed Search (SDS)
3.       Jackson Vocational Interest Survei (JVIS)
4.       Career Assesment Inventory (CAI)
5.       Kuder
6.       Rothwell Miller Interest Blank (RMIB)

A. Strong Interest Inventory (SII)

Pertama kali diterbitkan pada tahun 1927, dengan nama Strong Vocatinal Interest Blank (SVIB). SII pertama dirumuskan oleh E.K. Strong. Jr. Ketika sementara menhadiri seminar pasca sarjana pada tahun 1919 sampai 1920. SII dewasa ini terdiri dari 317 butir soal yang dikelompokkan dalam 8 bagian. Dalam kelima bagian pertama, responden mencatat preferensinya dengan membuat tanda S, TT, TS untuk mengindikasikan “Suka”, “Tidak Tahu”, dan “Tidak Suka”. Butir-butir soal dalam 5 bagian ini masuk dalam kategori-kategori berikut :
·         Pekerjaan.
·         Mata pelajaran sekolah
·         Aktifitas (Misalnya membuat pidato, memperbaiki jam, atau mencari dana utuk kegiatan amal)
·         Aktifitas waktu luang
·     Kontak sehari-hari dengan berbagai jenis orang. (Misalnya orang yang amat tua, perwira, atau, orang yang hidupnya dekat bahaya)
2 bagian tambahan meminta responden menyatakan pilihan diantara aktifitas-aktifitas pasangan, misalnya berurusan dengan barang VS berurusan dengan orang dan antara semua pasangan yang mungkin dari 4 butir soal dari dunia kerja yaitu gagasan, data, barang, dan orang. Pada akhirnya, satu bagian inventori meminta responden untuk memberi tanda pada suatu rangkaian pernyataan yang menggambarkan diri sendiri “Ya”, “Tidak”, “?”.
Strong bisa diskor oleh komputer, pada pusat-pusat skoring yang ditunjuk oleh penerbit atau dengan penggunaan perangkat lunak yang tersedia dari penerbit dalam berbagai pilihan. Ada 3 tingkat skor yang berbeda dalam keleluasaannya. Yang paling luas dan paling komprehensif adalah 6 skor General Occupational Theme; sub divisi selanjutnya meliputi 25 Basic Interst Scales; dan tingkat yang paling spesifik menyediakan 211 skala perkerjaan yang tersedia. Disamping hal-hal ini, Form T317 dari Strong menghasilkan skor-skor pada 4 Skala Gaya Pribadi yang menaksir dalam Gaya Pekerjaan, Lingkungan Belajar, Gaya Kepemimpinan, dan Pengambilan Resiko dan Petualangan.
Klasifikasi SII atas minat pekerjaan diturunkan dari model teoritis yag dikembangkan oleh John Holland (1966, 1985/1992) dan didukung oleh riset ekstensif, baik oleh Holland maupun peneliti-peneliti independen lainnya. General Occupational Theme yang diidentifikasi oleh model Holland ditandai dengan (R) Realistis, (I) Investigatif, (A) Artistik, (S) Sosial, (E) Kewirausahaan, dan (C) Conventional. Masing-masing tema mencirikan tidak hanya tipe orang tetapi juga tipe lingkungan kerja yang oleh orang tersebut dirasakan paling menyenangkan. Menurut Holland orang-orang tidak digolongkan secara ketat kedalam salah satu dari tipe-tipe utama melainkan mereka dicirikan oleh kadar kemiripan satu tipe dengan tipe lainnya. Dengan demikian, kombinasi tipe semacam ini, yang ditata oleh kadar kemiripan, menyediakan banyak pola atau “Kode” untuk medeskripsikan berbagai perbedaan individu yang luas.

B. Self Directed Search (SDS)

Instrumen ini dikembangkan oleh J. L Holland, sebagai instrumen konselig pekerjaan yang bisa dilaksanakan sendiri, diskor sendiri, dan diinterpretasikan sendiri. Individu mengisi Booklet Penaksiran-Diri, menskor respon, dan menghitung 6 skor rangkuman yang berhubungan dengan tema model Holland (Realistis, Investigatif, Artistik, Sosial, Bersifat Wirausaha, dan Conventional). 3 skor rangkuman tertinggi digunakan untuk menemukan kode berhuruf 3. Sebuah skor pendamping, Penemu, Pekerjaan, digunakan untuk menemukan pekerjaan diantara 1355 pekerjaan yang kodenya cocok dengan kode rangkuman responden. Meskipun SDS dirancang untuk bersifat bisa menemukan skor sendiri, buku panduannya merekomendasikan pengawasan tertentu dan pemeriksaan skor. Sebuah studi atas 107 individu yang diseleksi secara acak dari berbagai usia yang mengikuti edisi SDS yang sekarang ada menunjukkan bahwa 7,5% lebih, telah menarik kode yang memuat atau transposisi yang tidak tepat (Holland, Powell, & Frizche, 1994). Validitas kongruen dan efisiensi prediktif SDS naik turun tergantung pada susunan sampel-sampel dalam kaitan dengan usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan tipe-tipe distribusi.

C. Jackson Vocational Interest Survei (JVIS)

JVIS diseleksi untuk mendapat perhatian khusus – pertama, karena JVIS merupakan contoh dari prosedur penyusunan tes canggih dan kedua, karena dalam berbagai aspek, pendekatannya berlawanan secara tajam dengan diikuti dlam SII. Inventori ini menggunakan area minat yang luas dalam pengembangan butir soal dan sistem penentuan skor. Dalam inventori Strong, sebagian butir soal adalah butir soal “Suka”, “Acuh tak Acuh”, atau “Tidak Suka” yang ditandai secara terpisah oleh responden. Selain itu, butir soal Inventori Strong merupakan butir soal bertipe pilihan-terbatas. Sebagaiman dalam pengembangan Personality Research Form adn Jackson Personality Inventory, langkah pertama dalam pengembangan JVIS adlaah merumuskan konstruk-konstruk atay dimensi-dimensi yang harus diukur. Ada dua jenis dimensi, yaitu berdasarkan penelitian yang dipublikasikan tentang psikologi kerja dan analisis faktor serta klasifikasi rasional atas butir soal minta pekerjaan. Salah satunya dirumuskan yang berkaitan dengan peran kerja (berhubungan dengan pekerjaan atau yang dilakukan seseorang pada pekerjaan) dan dengan gaya kerja (merujuk pada preferensi-preferensi untuk lingkungan kerja atau situasi dimana perilaku tertentu diharapkan). Bentuk final JVIS memuat 4 skala minat dasar, yang mencakup 26 peran kerja dan 8 gaya kerja. Inventori ini dirancang agar dapat diterapkan pada kedua jenis kelamin., meskipun tersedia norma-norma persentil terpisah untuk sub-sub kelompok wanita dan pria. JVIS bisa diberikan skor secara manual dengan cepat dan mudah untuk 34 skala. Akan tetapi, pilihan-pilihan penentuan skor berbasis komputer yang ada menggunakan norma-norma paling baru dan menyediakan berbagai analisis skor tambahan entah dalam laporan naratif lebih luas yang baru direvisi. Misalnya, laporan-laporan berbasis komputer mencakup skor-skor yang diturunkan analisis faktor atas 34 skala minat dasar. Skor-skor ini yang dibuat menurut model enam tema Holland, mencakup 10 tema pekerjaan umum seperti : Ekspresif, logis, bersifat menyelidik, praktis, tegas, sosial, bersifat membantu, konvensional, bersifat kewirausahaan, dan komunikatif. Sejumlah peninjau telah mengemukakan bahwa perumusan JVIS mungkin terlalu canggih bagi siswa sekolah menengah (D. T. Brown, 1989; W. Shephard, 1989)

 D. Career Assesment Inventory (CAI)

Sekarang terdapat 2 versi CAI, yaitu The Vocational Version (VV) dan The Enchanged Version (EV). Deskripsi dalam bagian ini adalah VV. Meskipun EV sangat serupa dalam struktur, adalah instrumen yang sama sekali terpisah (Johansson, 1984) yang dapat diterapkan pada bajyak dan rentang pekerjaan yang lebih luas, mencakup banyak yang memerlukan pendidikan lewat sekolah menengah. CAI pertama kali dikeluarkan pada tahun 1975, CAI secara dekat mengikuti pola Invertory Strong. Akan tetapi, berbeda dari kebanyakan inventori minat, CAI dirancang secara khusus untuk para pencari karir yang tidak memerlukan pendidikan univerisitas selama 4 tahun atau pelatihan profesional lebih jauh. cAI berfokus pada pekerjaan yang melibatkan keterampilan, pekerjaan teknis, dan pekerjaan jasa. Contoh dari skala-skala pekerjaan yang sekarang tersedia antara lain montir pesawat, petugas kesehatan gigi, petugas kafetaria, programer komputer, dan perawat terdaftar. Ke 305 butir soal inventori dikelompokkan kedalam 3 kategori isi yaitu aktifitas, mata pelajaran, dan pekerjaan. Masing-masing butir menyediakan lima pilihan respons, dari “Sangat Suka” sampai “Sangat Tak Suka”. Ditulis untuk tingkat membaca kelas 6, CAI juga bisa digunakan pada orang-orang dewasa yang memiliki keterampilan membaca yang buruk. Seperti Inventory Strong, CAI menyediakan skor pada tiga tipe skala utama, termasuk skala Tema Umum Holland, 22 skala Bidang Minat Dasar, dan 91 skala pekerjaan. Indeks administratif dan empat skala non-pekerjaan juga termasuk didalamnya. Semua pengumpulan data dan analisis statistik dijalankan secara terpisah dari inventori ini. Kecuali skala Tema Umum, skala-skala tertentu yang dikembangkan dalam masing-masing kategori ini adalah khusus untuk CAI.

E. Kuder

Inventori ini dikembangkan oleh George Frederick Kuder. Tes ini terdiri dari sebuah buku yang berisi pertanyaan-pertanyaan dan sebuah lembar jawaban. Bentuk pertanyaannya adalah Forced – Choice Responding dan Homogenous Vocational Preference Scales, dimana setiap pertanyaan terdiri dari tiga pilihan jawaban. Jumlah total pertanyaan adalah 168 pertanyaan. Tes ini dapat disajikan baik secara individual maupun klasikal dan waktu penyajiannya tidak dibatasi, tetapi biasanya dapat diselesaikan dalam waktu 40-60 menit. Tes ini tersedia dalam 3 format yaitu :
1.  Versi Pencil and Paper yang dinilai dan diprofil oleh testee sendiri : Versi penilaian sendiri menggunakan Step-down Page dengan alas jawaban Multipart Carbon dan mencakup profil untuk cacatan hasil, dengan beberapa halaman dari interpretasi kata-kata. Tes ini ditempatkan pada Kuder Form C.
2.   Versi Pencil and Paper yang dikembalikan kepada penerbit untuk dinilai : format ini dinilai dan dilaporkan oleh NCASI dalam 24 jam setelah menerima survei dengan lengkap. Lembar jawaban dengan 5 jawabang yang salah menerima catatan pada lembar laporan, tetapi lembar jawaban dengan lebih dari 5 jawaban salah akan dikembalikan untuk perbaikan.
3.  Internet-Based Inventory, yang merupakan komponen dari Kuder Career Planning System : administrasi melalui internet-based tersedia dalam  bahasa Inggris atau Spanyol melalui website www.kuder.com.format ini memberikan administrasi error-free (program jawaban tidak akan menerima jawaban salah), dan tersedia 24 jam sehari yang dinilai seketika itu juga dari beberapa lokasi : rumah, sekolah, atau kantor.
Tes kuder bertujuan agar dapat digunakan sebagai bahan interpretasi diri terhadap minat-minat yang ada dalam diri individu, sebagai penentu minat yang akan dikembangkan dimasa datang, sebagai tolak ukur untuk mengetahui kemampuan yang dimiliki, dan dapat mengetahui kesamaan pilihan dengan individu lainnya yang mempunyai aspek yang berbeda. Penilaian pada tes Kuder ini dapat dipakai untuk usia remaja sampai dewasa. Hasil penilaian minat secara khusus makin reliabel dengan bertambahnya usia. Reliabilitas yang rendah pada usia remaja disarankan agar tes Kuder tidak dengan mudah memilih tujuan karis, sebaliknya tes ini lebih baik digunakan untuk mendukung pengembangan konsep diri, untuk menekankan kegunaan perencanaan karis, untuk mendukung petunjuk pada eksplorasi dan keputusan karir, dan mungkin untuk memprioritaskan enam karir utama. Dalam skoring tes, tes ini berpatokan pada Verifikasi (V) sebagai suatu set kejujuran dan kecermatan dalam memberikan jawaban. Hal ini berkaitan dengan tes minat sebagai sarana pengukuran kemampuan non-kognitif yang memiliki kelemahan yang sukar dihindari, berupa kemungkinan subjek memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan dirinya, namun merupakan jawaban yang dikehendaki oleh orang lain misalnya ketika individu lain yang melakukan tes yang  seharusnya dilakukan sendiri. Skor verifikasi maksimal 44 – atau lebih tepatnya 38-44 – jadi jika jumlahnya kurang atau lebih maka skor pada subjek lainnya patut diragukan. Hal ini dapat dicek dan dicari sebabnya :
1.   Jika skor V lebih dari 44 berarti ada yang salah dalam mengisi jawaban, yakni kelebihan tanda silang.
2.  Jika skor V diantara 33-37 berarti subjek memberikan tanda silang secara sembrono atau subjek tidak jujur dalam memberikan jawaban, namun terdapat pula kemungkinan bahwa pilihan subjek sedemikian spesifik, shingga subjek dapat digolongkan dalam individu dengan pola minat yang menyimpang.
3.   Jika skor V kurang dari 32 atau sama dengan 32 berarti subjek memberikan tanda silang terlalu sedikit, oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan ulang pada dua hal, yakni :
·         Apakah subjek benar-benar memahami petunjuk cara mengerjakan test
·         Apakah subjek mengalami kesalahan dalam memahami kata, istilah ataupun kalimat pada tes minat.

F. Rothweller Miller Interest Blank (RMIB)

Menurut sejarahnya tes ini disusun pertama kali oleh Rothwell pada tahun 1947. Saat itu tes tersebut hanya memiliki 9 jenis kategori dari jenis-jenis pekerjaan yang ada. Kemudian pada tahun 1958 tes diperluas menjadi 12 kategori oleh Kenneth Miller. Sejak itu tes minat ini dinamakan tes minat Rothwell Miller. Tes ini berbentuk blanko/formulir yang berisikan daftar pekerjaan yang disusun dalam 9 kelompok, dengan kode huruf A sampai I, serta dibedakan untuk kelompok pekerjaan pria dan wanita. Masing-masing kelompok pekerjaan tersebut terdiri atas 12 pekerjaan, yang mewakili 9 kategoi pekerjaan yang akan diukur dalam tes minat ini. Tes ini disusun dengan tujuan untuk mengukur minat seseorang berdasarkan sikap seseorang terhadap suatu pekerjaan dan ide-ide stereotipe terhadap pekerjaan yang bersangkutan. Tes Rothwell Miller dapat diberikan kepada testee secara perorangan maupun klasikal. Instruksi biasanya sudah terdapat dalam blanko sehingga bagi testee yang sudah dewasa dapat diinstruksikan untuk membaca sendiri, kecuali untuk orang dewasa dengan tingkat intelegensi renda (Dull-Normal). Bagi testee Dull – Normal, dianggap kemampuannya untuk memahami instruksi tes yang tertulis sehingga perlu diberikan beberapa contoh untuk dapat mengerjakannya dengan tepat. Bahkan kadang masih harus dilengkapi dengan pemeriksaan pekerjaannya setiap saat untuk mencegah kemungkinan berbuat salah. Secara umum, prinsip administrasi tes adalah sebagai berikut :
  1. Menginstruksikan kepada testee untuk mengisi identitas di lembar blanko.
  2. Testee diinstruksikan untuk membuat ranking dan daftar pekerjaan yang tersedia didalam formulir tes. Ranking dimulai dari nomor 1 untuk pekerjaan yang paling disukai dalam satu kelompok, dan berakhir demgan nomor 12 untuk pekerjaan yang paling tidak disukai.
  3. Tanyakan apakah testee sudah jelas/belum tentang tugasnya.
  4. Tekankan pada testee agar jangan ada yang terlewati
  5. Setelah testee menyelesaikan tuganya, instruksikan untuk menuliskan 3 jenis pekerjaan yang tidak disukainya, tidak harus sama dengan pekerjaan yang terdapat dalam daftar.
  6. Pada dasarnya waktu mengerjakan tes tidak dibatasi, namun biasanya orang dewasa normal dapat menyelesaikan tes ini dalam 20 menit.
  7. Sebelum dikumpulkan, testee dimi ta untuk mengecek pekerjaannya.

Tes ini mengukur beberapa bentuk kemampuan dalam kategori pekerjaan yakni :
  1. Outdoor : pekerjaan yang dilakukan diluar, bersifat terbuka, tidak berhubungan dengan hal-hal yang bersifat rutin.
  2.  Mechanical : pekerjaan yang berhubungan dengan mesin/alat mekanik.
  3. Computational : Pekerjaan yang berhubungan dengan angka-angka.
  4. Scientific : Pekerjaan yang menyangkut aktifitas analisis, penyelidikan, penelitian, eksperimen kimia, dan pengetahuan lainnya.
  5. Personal Contact : Pekerjaan yang berhubungan dengan manusia, diskusi, membujuk, bergaul dengan orang lain, pada dasarnya adalah sesuatu yang membutuhkan kontak dengan orang lain.
  6. Aesthetic : Pekerjaan yang berhubungan dengan hal seni dan menciptakan sesuatu.
  7. Literaty : Pekerjaan yang berhubungan dengan buku, membaca, dan mengarang.
  8. Musical : Memainkan musik, apresiasi, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan musik.
  9. Social Service : Pekerjaan yang berhubungan dengan pelayanan tehadap kepentingan masyarakat , kesejateraan umum, membimbing, menasihati, dan memahami.
  10. Clerical : Pekerjaan yang berhubungan dengan ketelitian dan kerapihan.
  11. Practical : Pekerjaan yang memerlukan keterampilan, praktek, karya pertukangan.
  12. Medical : Pekerjaan yang berhubungan dengan pengobatan, perawatan penyakit, penyembuhan , dan hal yang bersifat medis.

Cara skoring : hasil ranking yang dibuat oleh testee dipindahkan kedalam suatu kerangka yang caranya terdapat pada bagian formulir tersebut. Jumlahkan masing-masing kenis pekerjaan ke kanan, tuliskan pada “?” total. Buatlah rangking dari “?” total (Point B) dimulai dari jumlah yang paling kecil sampai dengan jumlah terbesar ranking 12, bila terdapat angka yang sama berikan rangking yang sama pula. Tuliskan persentil  sesuai dengan norma kelompok (bila ada).


Tes Inventori Kepribadian

DEFINISI KEPRIBADIAN
Adapun definisi kepribadian menurut para ahli, yaitu:
a. Yinger : Kepribadian adalah keseluruhan perilaku dari seorang individu dengan system kecenderungan tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian instruksi.
b. M.A.W Bouwer : Kepribadian adalah corak tingkah laku sosial yang meliputi corak kekuatan, dorongan, keinginan, opini dan sikap-sikap seseorang.
c. Cuber : Kepribadian adalah gabungan keseluruhan dari sifat-sifat yang tampak dan dapat dilihat oleh seseorang.
d. Theodore R. Newcombe : Kepribadian adalah organisasi sikap-sikap yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang terhadap perilaku.
Kepribadian memiliki delapan aspek kunci, yaitu:
1. Individu terpengaruh oleh aspek ketidaksadaran;
misalnya: kita mungkin atau melakukan hal-hal yang sama seperti yang dilakukan orangtua terhadap diri kita sendiri.
2. Individu dipengaruhi oleh kekuatan ego;
misalnya kita sering berusaha menjaga rasa penguasaan dan konsistensi dalam perilaku.
3. Individu adalah makhluk biologis;
4. Pribadi dibentuk oleh pengalaman dan lingkungan di sekitar diri mereka masing-masing.
5. Individu memiliki dimensi kognitif—berfikir mengenai dunia di sekitar mereka dan secara aktif mencoba mengartikannya.
6. Individu merupakan suatu kumpulan trait, kemampuan, dan kecenderungan yang spesifik.
7. Manusia memiliki dimensi spiritual dalam hidup mereka, yang memungkinakan dan mendorong mereka untuk mempertanyakan arti keberadaaan mereka.
8. Hakikat dari sorang individu adalah senantiasa berinteraksi dengan lingkungannya.
(Friedman, “Kepribadian”; 2008)
PENGERTIAN TES KEPRIBADIAN
Secara umum, definisi tes kepribadian adalah teknik untuk mengesahkan atau menolak hipotesis dalam pengukuran mental yang menghasilkan skor untuk membandingkan dua orang atau lebih. Tes ini dirancang untuk mengukur berbagai faktor psikologis tertentu, biasanya juga menyangkut pengukuran kemampuan fisik seseorang.
Menurut Lee J. Cronbach dalam Essential of Psychological Testing, tujuan tes kepribadian adalah mengetahui perbedaan diantara setiap kepribadian dan kepribadian itu sendiri bersifat individual, yang berarti tidak seorang pun yang memiliki kepribadian yang sama diantara satu dengan yang lainnya, dan keribadian itu sendiri bukanlah sesuatu yang salah atau benar, bukan pula sesuatu yang baik atau pun buruk. Sehingga kepribadian adalah apa adanya diri anda yang telah memiliki kepribadian yang unik, berbeda dari yang lain.
Tes-tes kepribadian melibatkan stimulus terstandardisasi yang ditujukan untuk memancing dan menganalisa perbedaan reaksi individu.
TIPE-TIPE TES KEPRIBADIAN
Dalam Buku Kepribadian:Teori Klasik dan Riset Modern karya Howard S. Friedman, terdapat beberapa tipe tes kepribadian, yaitu:
1. Tes Laporan Diri (Self Report)
Tes-tes kepribadian yang paling umum biasanya ditentukan oleh laporan diri para peserta tes. Peserta tes harus memberikan respons (jawaban) terhadap beberapa item-item pernyataan yang sesuai dengan kriteria tertentu (criterion related). Artinya, item-item yang terpilih dapat membedakan sebuah kelompok khusus, misalnya kelompok individu normal dan kelompok individu yang depresi. Tes semacam ini sangat murah dan mudah untuk diberikan, seringkali objektif, namun validitasnya harus sering dievaluasi dengan hati-hati.
Keunggulan Tes ini adalah terstandardisasi, mudah diberikan, reliabel, menangkap gambaran diri dengan baik; namun terbatas dalam derajat kekayaan data, mudah untuk dikelabui, tergantung pada pengetahuan diri.
Contoh dari Tes Laporan Diri ini adalah: MMPI (Minnesota Multiphasic Personality Inventory), ACT (Affective Communication Test), Millon Clinical Multiaxial Inventory.
2. Tes Q-Sort
Dalam Q-Sort, seseorang dihadapkan pada setumpuk kartu yang berisi macam-macam nama karakteristik dan diminta untuk memilah kartu-kartu tersebut dalam tumpukan-tumpukan yang masing-masingnya menggambarkan sebuah dimensi, sebagai contoh, “paling tidak sesuai” sampai dengan paling sesuai dengan diri”.
Keunggulan Q-Sort adalah responden lebih aktif/banyak terlibat, dan item yang sama dapat digunakan untuk menilai aspek yang berbeda; namun keterbatasannya sama dengan Tes Laporan Diri.
Contoh dari Q-Sort: Penilaian konsep diri, harga diri, keluarga, terapi, generativitas.
3. Penilaian Orang Lain
Penilaian orang lain yang biasa disebut Studi Longitudinal Terman oleh Lewis Terman adalah penilaian yang menggunakan kuesioner untuk mendapatkan informasi individu (terutama anak-anak) dari orang lain (orangtua atau gurunya). Penilaian yang dilakukan di masa kecil ini terbukti dapat memperkirakan kepribadian dan pencapaian anak-anak di masa dewasanya.
Keunggulan penilian ini adalah: menyediakan sudut pandang yang tidak terbiaskan oleh laporan diri individu, dan dengan jelas mengungkap trait yang “terlihat”, dapat digunakan untuk menilai anak-anak/binatang; namun keterbatasannya adalah penilaian ini tidak valid apabila analisisnya kurang berpengalaman atau terpengaruh bias.
4. Pengukuran Biologis
Pada awal 1800-an, tulisan-tulisan Franz Joseph Gall membuat ribuan orang mencoba memeriksa kepribadian dengan merasakan bentuk dan tonjolan tengkorak. Praktek ini dikenal sebagai frenologi (DeGiustino, 1975).
Idenya adalah bahwa karakteristik psikologis yang berbeda-beda terletak di otak (sebuah ide yang masuk akal) dan kemampuan yang berkembang pesat atau lambatakan tampak melalui distorsi tengkorak.
Asesmen kepribadian modern yang bersifat biologis didasarkan pada asumsi bahwa sistem saraf (termasuk jaringan neuron otak) adalah kuncinya. Oleh karena itu asesmen kepribadian berusaha mengukur perilaku-perilaku yang terkait dengan sistem saraf. Yang lebih menarik adalah usaha-usaha masa kini yang lebih berfokus pada sistem saraf dengan cara mengamati otak dengan menggunakan citra PET (positron emission tomography).
Keunggulan dari pengukuran ini dapat mengungkap reaksi individu tanpa mengandalkan laporan diri atau penilaian analisis; namun bisa menjadi sulit atau mahal untuk digunakan hubungan antara hasil biologis dan pola perilaku yang kompleks/tidak sederhana.
Contoh pengukuran biologis: waktu reaksi, kelembaban kulit, pencitraan positron emission topography (PET).
5. Observasi Perilaku
Francis Galton, ilmuwan Inggris abad ke-19, memelopori pendekatan dalam memahami perbedaan individual, termasuk teknik observasi perilaku. Dalam laboratorium antropomorfisnya, Galton mengumpulkan semua jenis pengukuran fisik orang, dan ia kemudian mulai mempelajarai reaksi mereka dalam situasi yang terkontrol (Galton, 1970).
Penggunaan observasi perilaku mengasumsikan bahwa perilaku saat ini adalah prediktor valid dan reliabel akan perilaku di masa depan.
Keunggulan observasi perilaku adalah dapat menangkap apa yang sebenarnya orang lakukan, namun dapat sulit diinterpretasikan sebagai kepribadian, atau tidak mewakili keseluruhan tentang perilaku seseorang.
6. Wawancara
Wawancara klasik dalam psikologi adalah wawancara psikoterapi, dimana klien menceritakan pengalaman hidupnya yang penting atau bermasalah.
Keunggulan mengukur kepribadian dengan wawancara adalah dapat menggali informasi seecara mendalam dan dapat menggunakan pertanyaan lanjutan sehingga sangat fleksibel; namun bisa terkena bias dari pewawancara atau responden, mahal, dan menghabiskan waktu.
7. Perilaku Ekspresif
Menilai dari perilaku ekspresif adalah cara yang baik untuk melihat karisma pribadi—cara ini lebih valid, namun juga lebih menuntut kemampuan yang tinggi dari penganalisis.
Sebagai contoh, orang-orang dari bagian selatan yang cenderung lambat karena merupakan budayanya, berbeda dengan logat orang-orang Newyork yang mungkin merupakan kepribadian.
Keunggulan menilai dengan perilaku ekspresif ini dapat menangkap gaya perilaku unik yang sebenarnya, termasuk perilaku yang samar dan emosi; namun dapat juga sulit untuk ditangkap, dikodekan, dan diinterpretasikan.
8. Analisis Dokumen dan Riwayat Hidup
Mungkin tidak mengejutkan untuk mengetahui bahwa catatan harian dan catatan pribadi lainnya dapat menjadi sumber informasi yang kaya mengenai kepribadian. Gordon Allport menganggap surat dan catatan harian sebagai sumber yang sempurna untuk studi mengenai perubahan kepribadian (karena benda-benda itu ditulis salam jangka waktu yang lama) dan berpendapat bahwa surat dan catatan harian ini dapat menjadi ujian yang baik mengenai nilai sebuah teori kepribadian.
Keunggulan menganalisis dokumen adalah dapat digunakan untuk menganalisis individu selama jangka waktu yang lama, detail, dan objektif, bahkan bisa digunakan untuk orang yang sudah meninggal; namun hanya menunjukkan aspek-aspek tertentu dari seseorang, dan mungkin tidak tersedia dalam peristiwa penting.
9. Projective Test
Tes proyektif adalah teknik asesmen yang berusaha mempelajari kepribadian melalui penggunaan stimulus, tugas, atau situasi yang relatif tidak terstruktur, karena tes ini memungkinkan seseorang untuk “memproyeksikan” motivasi dalam dirinya ke alat tes yang diberikan. Selain membuat gambar, tes proyektif juga mencakup bercerita, melengkapi kalimat, dan melakukan asosiasi kata.
Keunggulannya dapat menggali lebih dalam dan menganalisis aspek yang tidak dapat terungkap dalam laporan diri, dapat memunculkan pemahaman untuk penelitian lebih lanjut; namun sering memiliki masalah reliabilitas dan validitas.
Contoh dari tes proyektif ini adalah: Draw-A-Person, Inkblot Rorsachach; Thematic Apperception Test (TAT).
10. Demografi dan Gaya Hidup
Demografi adalah semua informasi data statistik yang relevan mengenai populasi, misalnya umur, budaya, tempat lahir, agama, besar keluarga, dst. Namun, jika suatu demografi tidak dikaitkan dengan informasi demografi lain, maka bisa menyesatkan, seperti halnya kasus saudara kembar yang memiliki karakteristik demografis yang sama tetapi memiliki kepribadian yang sangat berbeda.
Keunggulan menggunakan demografi adalah dapat menunjukkan kerangka dan pengelompokkan dimana individu hidup; namun pada dasarnya tidak menceritakan banyak mengenai orang itu sendiri.
MENGUKUR KEPRIBADIAN DENGAN MBTI DAN ENNEAGRAM
1. MBTI (MYERS-BRIGGS TYPE INDICATOR)
MBTI diciptakan oleh Carl Jung, Katharine Briggs and Isabel Myers, dan pertama kali dipopulerkan pada tahun 1962. MBTI terdiri dari beberapa tipe personality yang dengan sangat akurat mampu mendeskripsikan personality setiap orang dengan detil dan akurat.
MBTI berbeda dengan instrumen mengenali tipe kepribadian lain dalam hal:
1. Dirancang untuk mengimplementasikan teori; jadi teori (Jung) harus dimengerti untuk memahami MBTI.
2. Berdasarkan teori, ada dinamika hubungan yang khusus antar skala, yang kemudian akan mengantar penjelasan tentang tipe-tipe karakteristik.
3. Deskripsi tipe-tipe ini dan teorinya sebenarnya dapat dijelaskan dalam kerangka perkembangan manusia seumur hidupnya.
4. Skala ini memperhatikan fungsi dasar manusia yaitu persepsi dan judgment yang selalu ada di perilaku manusia, sehingga sangat bermanfaat untuk digunakan dalam hidup sehari-hari.
2. ENNEAGRAM
Enneagram diartikan sebagai “sebuah gambar bertitik sembilan”. Metode ini dikabarkan telah ada sejak ratusan tahun yang lalu dan diajarkan secara lisan dalam suatu kelompok sufi di Timur Tengah, hingga akhirnya mulai berkembang di Amerika Serikat sekitar tahun 1960-an. Kepribadian manusia dalam sistem enneagram, terbagi menjadi 9 tipe. Renee Baron dan Elizabeth Wagele, lewat buku yang berjudul enneagram, berusaha untuk menjelaskan kesembilan tipe tersebut agar lebih mudah dimengerti.
Sembilan Tipe Kepribadian Manusia
  • PERFEKSIONIS : Orang dengan tipe ini termotivasi oleh kebutuhan untuk hidup dengan benar, memperbaiki diri sendiri dan orang lain dan menghindari marah.
  • PENOLONG : Tipe kedua dimotivasi oleh kebutuhan untuk dicintai dan dihargai, mengekspresikan perasaan positif pada orang lain, dan menghindari kesan membutuhkan.
  • PENGEJAR PRESTASI : Para pengejar prestasi termotivasi oleh kebutuhan untuk menjadi orang yang produktif, meraih kesuksesan, dan terhindar dari kegagalan.
  • ROMANTIS : Orang tipe romantis termotivasi oleh kebutuhan untuk memahami perasaan diri sendiri serta dipahami orang lain, menemukan makna hidup, dan menghindari citra diri yang biasa-biasa saja.
  • PENGAMAT : Orang tipe ini termotivasi oleh kebutuhan untuk mengetahui segala sesuatu dan alam semesta, merasa cukup dengan diri sendiri dan menjaga jarak, serta menghindari kesan bodoh atau tidak memiliki jawaban.
  • PENCEMAS : Orang tipe 6 termotivasi oleh kebutuhan untuk mendapatkan persetujuan, merasa diperhatikan, dan terhindar dari kesan pemberontak.
  • PETUALANG : Tipe 7 termotivasi oleh kebutuhan untuk merasa bahagia serta merencanakan hal-hal menyenangkan, memberi sumbangsih pada dunia, dan terhindar dari derita dan dukacita.
  • PEJUANG : Tipe pejuang termotivasi oleh kebutuhan untuk dapat mengandalkan diri sendiri, kuat, memberi pengaruh pada dunia, dan terhindar dari kesan lemah.
  • PENDAMAI : Para pendamai dimotivasi oleh kebutuhan untuk menjaga kedamaian, menyatu dengan orang lain dan menghindari konflik.

Tes Proyeksi

Latar Belakang Tes Proyeksi

Perkembangan psikologi proyektif banyak didasarkan sebagai protes terhadap teori atau aliran lama yang kebanyakan bersifat strukturalisme dan behaviorisme yang kebanyakan memandang individu bukan scara menyeluruh melainkan sebagai kumpulan dari beberapa aspek. Aspek psikologis manusia yang tidak disadari sulit diungkap dalam kondisi wajar. Jadi, dalam pendekatan proyektif diperlukan instrumen khusus yang dapat mengungkap aspek-aspek ketidaksadaran manusia –teknik proyektif ini kemungkinan subjek mau merespon, walaupun teknik proyektif mempunyai arti interpretatif, teknik ini pendekatannya menyeluruh (global approach)

Ada beberapa alasan mengapa kepribadian testi tidak diungkap atau ditanyakan secara langsung :
·    Tidak semua orang dapat mengkomunikasikan daengan jelas ide-ide dan sikap-sikap yang ada dalam kesadarannya.
·   Umumnya lebih mudah meghindari mengatakan hal-hal tersebut walaupun tidak dengan maksud menyembunyikannya.
·         Banyak hal yang tidak disadari oleh seseorang, yang tentu saja tidak mampu dia ungkapkan.

Tes ini berawal dari lingkungan klinis dan tetap merupakan alat yang penting bagi ahli klinis. Sejumlah metode berkembang dari prosedur terapeutis yang digunakan pada pasien. Dalam kerangka teoritis, kebanyakan teknik proyeksi mencerminkan pengaruh konsep psikoanalitik yang tradisional dan modern. Ada beberapa upaya terpisah yang meletakkan dasar bagi tenik proyektif dalam stimulus respon dalam teori stimulus respon dan dalam teori perseptual tentang kepribadian. Asumsi dasarnya adalah apabila subjek atau individu dihadapkan pda hal-hal yang ambigu maka subjek akan memproyeksikan kepribadiannya melalui jawaban-jawaban terhadap stimulus itu.

Tes proyeksi adalah pengungkapan aspek psikologis manusia dengan menggunakan alat proyeksi. Tes ini berdasar pada eksternalisasi aspek-aspek psikis terutama aspek-aspek ketidaksadaran ke dalam suatu rangsang yang kurang atau tidak berstruktur yang bersifat ambigu agar dapat memancing berbagai alternatif jawaban tanpa ada batasan.

Pelopor tes proyeksi adalah Freud (1984) dengan psikodinamikanya dan kemudian dikembangkan oleh Herman Rorschach (1921) dengan tes Rorschach dan Murray (1935) dengan tes TAT (Thematic Apperception Test) untuk mengungkap aspek-aspek kepribadian manusia. Tes proyeksi memberikan stimuli yang artinya tidak segera jelas; yaitu beberapa hal yang mendorong pasien untuk memproyeksikan kebutuhannya sendiri ke dalam situasi tes. Tes proyeksi kemungkinan tidak mempunyai jawaban benar atau salah, orang yang diuji harus memberikan arti sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, dan persepsinya. Oleh karena itu, tes proyektif menuntut kesimpulan yang luas dan kualitatif. Kecenderungan untuk subjektif ini dapat diatasi dengan pengetahuan dan pengalaman yang lebih besar terhadap tes.

Teknik proyektif yang banyak dikenal dan digunakan secara luas oleh ahli psikologi lainnya yaitu tes Rorschach, Thematic Apperception Test (TAT), tes Draw-A-Person (DAP), tes Make-A-Picture Story (MAPS), Michigan Picture Story Test, dan Sentence Completion Test. Berikut penjelasan lebih lanjutnya :

a) Thematic Apperception Test (TAT) : dikenal sebagai teknik interpretasi gambar karena menggunakan rangkaian standar provokatif berupa gambar ambigu dan subjek yang harus menceritakan sebuah cerita dari gambar yang tertera. Subjek diminta untuk mengatakan apa yang dipikirkannya dalam bentuk cerita yang dramatis.
b)      Childrean’s Apperception Test (CAT) : bentuk lain dari TAT adalah CAT yang digunakan untuk anak-anak. CAT menampilkan sepuluh gambar binatang dalam konteks sosial manusia seperti memainkan game atau tidur di tempat tidur. Pada versi ini dikenal sebagai CAT atau CAT-A (gambar binatang).
c)       Michigan Picture Story Test (MPST) : tes ini hampir sama dengan kedua tes diatas dan terdiri dari material yang menggambarkan anak-anak dalam hubungannya dengan orang tua, polisi, dan figur otoriter lainnya, juga teman-teman. Tes ini sangat bermanfaat dalam melihat struktur dari sikap anak-anak terhadap orang dewasa dan teman-teman sekaligus mengevaluasi masalah yang mungkin timbul.
d)    Make-A-Picture Story (MAPS) : tes ini juga hampir sama dengan MPST dalam interpretasi dan tujuan yang dimilikinya. Perbedaannya, individu boleh memilih karakter yang ada untuk membuat sebuah cerita berdasarkan situasi yang ada.
e)      Figure Drawing : mungkin sebagian dari kita pernah melakukan tes ini. Dalam tes ini, kemampuan menggambar bukanlah faktor utama. Salah satu bentuk tesnya adalah Draw-A-Person dimana individu diminta untuk menggambarkan seorang lelaki dan perempuan menggunakan pensil dan kertas.
f)       Incomplete Sentence Test : dalam metode proyektif ini, terdiri dari sejumlah kalimat tidak lengkap yang disajikan untuk dilengkapi. Biasanya bukan merupakan tes standar dan tidak diperlakukan secara kuantitatif. Peting sebagai bahan pertimbangan dalam situasi klinis yang memiliki asumsi bahwa respon individu terhadap stimulus yang ambigu merupakan proyeksi hal-hal yang ada dalam ketidaksadaran. Respon yang diberikan subjek dapat memberikan gambaran area konflik, termasuk juga kelebihan dan kekurangan dari kepribadian subjek.
g)      Competency Screening Test : diberikan kepada individu yang menjadi terdakwa untuk mempelajari interscorer kesadaran dan validitas prediktif tentang status mental atau intelegensi individu terkait dengan kasus individu yang sedang terjadi. Tes juga secara signifikan membedakan antara individu yang dikategorikan oleh praktisi sebagai tidak berkompetensi secara mental dan yang dikategorikan sebagai kompeten dalam sidang kasus yang dijalani.
h)      Rorschach Test : adalah sebuah tes psikologi dimana subjek mempersepsi sebuah bentuk gambar tinta yang dicatat dan kemudian dianalisis dengan menggunakan interpretasi psikologis. Beberapa psikolog menggunakan tes ini untuk memeriksa kepribadian sesorang baik karakteristik maupun fungsi emosional. Telah digunakan untuk mendeteksi gangguan pikiran yang mendasari individu, terutama kasus-kasus dimana pasien tidak mau untuk menggambarkan proses berpikir mereka secara terbuka. Tes ini mengambil nama dari penciptanya yaitu seorang psikolog bernama Hermann Rorschach.

Beberapa jenis teknik dalam tes proyeksi :
·    Associative Techniques : subjek menjawab stimulus dengan perkatan, image, atau ide-ide yang pertama kali muncul.
·   Construction Procedures : subjek mengkonstruk atau membuat suatu produk. Dari cerita itulah keadaan psikologis klien bisa diungkap.
·         Completion Tasks : melengkapi kalimat atau erita yang sudah ada atau disediakan sebelumnya.
·         Choice or Ordering Devices : mengatur kembali gambar, mencatat referensi, dan semacamnya.
·         Expressive Methods : gambar, cara/metode dalam menyelesaikan sesuatu akan divaluasi.

Fungsi Tes Proyeksi

Tes proyeksi berfungsi untuk mengungkap keadaan psikologis bawah sadar manusia yang selama ini di represi ke alam bawah sadar. Melalui tes proyeksi ini diharapkan dinamika psikologis itu dapat dikeluarkan dengan bantuan dari tes-tes proyeksi ini. Sebagai sebuah tes, tes proyeksi mempunyai kelebihan dan kekurangan :
·         Dapat mengungkap halhal di bawah sadar untuk keperluan klinis.
·         Menurunkan ketegangan.
·         Ekonomis
·         Validitas dan reliabilitasnya rendah\
·     Tester harus memiliki kemampuan yang khusus untuk dapat menggunakan tes ini dalam kaitannya dengan ketepatan melakukan diagnosa.



Tes Untuk Populasi Khusus

Tes populasi khusus adalah tes-tes yang diguakan pada orang-orang yang tidak bisa diuji dengan cara biasa atau pada cara umumnya. Dalam tes populasi khusus ini bisa kita lihat dari sisi kelompok usia dan juga ada yang dari sisi kurva normal. Empat kategori utama bisa dikenal dari beberapa jenis :
1.       Tes-tes untuk tingkat bayi dan pra-sekolah.
2.       Tes-tes yang digunakan untuk penaksiran komprehensif orang-orang yang mentalnya terbelakang.
3.       Tes-tes untuk orang dengan beragam kekurangan indrawi dan motorik.
4.       Tes-tes yang dirancang untuk digunakan melintasi berbagai kultur dan sub-kultur.

1. Pengetesan Bayi dan Anak-anak Pra-Sekolah

                Salah satu dari usaha-usaha sistematik yang paling awal untuk memahami perkembangan anak bayi normal dan prasekolah dibuat dalam serangkaian studi longitudinal oleh Arnold Gesell dan rekan-rekannya di Yale (Ames, 1989). Telaah-telaah ini memakan 4 dasawarsa. Studi ini merupakan usaha rintisan untuk memberikan metode yang sistematis dan empiris untuk menaksir perkembangan perilaku anak-anak kecil. Kebanyakan data diperoleh dari observasi langsung atas respon-respon anak terhadap mainan standar dan objek-objek stimulus lain serta dilengkapi dengan informasi yang disediakan oleh orang tua atau pengasuh utama lainnya.             
                Sejumlah anak taman kanak-kanak bisa di tes dalam kelompok-kelompok kecil dengan jenis tes yang disusun untuk tingkat-tingkat dasar. Kebanyakan tes untuk anak-anak dbawah umur 6 tahun adalah tes kinerja atau tes lisan. Sedikit tes saja yang menuntut pemakaian dasar kertas dan pensil. Lazim untu membagi lima tahun pertama menjadi masa bayi dan masa prasekolah.
                Sejak lahir sampai umur mendekati 18 bulan sampai 60 bulan, dari sudut pandang penyelenggara tes, seharusnya diperhatikan juga bahwa seorang bayi harus dites sambil tiduran, dipangku, atau digendong oleh seseorang. Banyak dari tes-tes ini menyangkut oerkembangan sensori-motori, seperti didemonstrasikan oleh kemampuan bayi mengangkat kepala, berbalik, meraih, dan memegang atau mengikuti objek yang bergerak dengan matanya. Di pihak lain, anak prasekolah bisa berjalan, duduk di meja, menggunakan tangannya untuk memanipulasi objek tes, dan berkomunikasi dengan bahasa. Pada tingkat prasekolah, anak juga lebih responsif terhaddap penguji sebagai pribadi, sementara untuk si bayi penguji berfungsi untuk menyediakan objek stimulus. Pengetesan pra-sekolah adalah proses yang jauh lebih antar pribadi.
                Skala-skala khusus yang dirancang untuk anak-anak dan masa kanak-kanak awal serta mewakili berbagai pendekatan adalah :
1.       Skala Weschler
2.       Skala Stanford-Binet
3.       Skala Kaufman
4.       Skala Kemampuan Diferensial.
Skala-skala ini digunakan dalam penilaian anak-anak prasekolah karena tes-tes ini mencakup usia 2-6 tahun selain untuk umur yang lebih tua.

Skala Bayley untuk perkembangan Bayi

Tes yang tersususn dengan amat baik untuk tingkat usia yang paling dini adalah skala Bayley untuk perkembangan bayi. Skala-skala Bayley II memberikan tiga alat komplementer untuk menilai status perkembangan anak diantara umur 1 bulan sampai 3,5 tahun.
·         Mental Scale : skala mental mengambil sampel misalnya ketajaman sensorik dan perseptual, memori, proses belajar, pemecahan masalah, vokalisasi, permulaan komunikasi verbal, dan pemikiran abstrak yang mendasar.
·   Motor Scale : Skala motor melakukan pengukuran kemampuan motorik besar, misalnya duduk, berdiri, berjalan dan menaiki tangga, seperti halnya juga memanipulasi tangan dan jari.
·  Behaviour Rating Scale : skala peringkat perilaku dirangcang untuk menaksir berbagai aspek perkembangan kepribadian, spserti perilaku emosional dan sosial, rentang dan pembangkitan perhatian, ketekuan dan keterarahan pada sasaran.
Bayley mengamati bahwa skala-sakalanya, seperti semua tes bayi, seharusnya digunakan, terutama untuk menaksir status perkembangan dewasa ini daripada untuk memprediksi tingkat-tingkat kemampuan selanjutnya. Perkembangan kemampuan pada usia dini renta terhadap begitu banyak pengaruh yang mengganggu sehingga memberikan prediksi yang bernilai kecil. Aylward (1995) telah mempersiapkan Bayley Infants Neurodevelopmental Screener (BINS), pengukuran yang dirancang untuk dngan cepat, dengan menggunakan kombinasi antara 11 dan 13 soal dari Bayley II dan tes-tes neurologis lainnya.

Skala McCarthy untuk Kemampuan Anak-anak.

Pada tingkat prasekolah, instumen yang tersusun dengan baik adalah McCarthy Scales of Children Abilities yangs esuai bagi anak-anak yang berumur antara 2.5 dan 8.5 tahun. Skala ini terdiri dari 18 tes yang dikelompokkan ke dalam 6 skala yang tumpang tindih.
·         Verbal
·         Kinerja-Perseptual
·         Kuantitatif
·         Kognitif umum : didasarkan pada 15 dari 18 tes dalam kumpulan tes, paling dekat dengan pengukuran global tradisional atas perkembangan intelektual.
·         Memori
·         Motor

Skala-skala Piagetian

Pada dasarnya, skala Piagetian itu ordinal dalam pemngertian bahwa skala-skala itu mengandalkan urutan seragam dari perkembangan melalui tahap-tahap berurutan. Tahap-tahap ini, yang merentang dari periode sejak bayi sampai masa remaja dan seterusnya. Tugas-tugas piagetian berfokus pada perkembangan jangka panjang dari konsep-konsep tertentu atau skemata kognitif dan bukan pada sifat yang luas. Objek utama dari skala-skala Piagetian adalah mendapatkan penjelasan anak untuk peristiwa yang diamati dan alasan-alasan yang mendasari penjelasannya. Skoring secara khusus didasarkan pada kualitas respon-respon terhadap sejumlah kecil situasi masalah yang isajikan pada anak itu dan bukan jumlah atau kesulitan soal-soal yang berhasil diselesaikan. Penguji lebih konsentrasi pada proses pemecahan masalah daripada produk. Tes tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam 2 kategori :
·         Skala ordinal untuk bayi
·  Tugas-tugas yang idrancang untuk melihat pencapaian tahap-tahap pra-operasional, konkret operasional, dan formal operasional.

Ordinal Scales of Psychological Developmental

Dipersiapkan oleh Uzgiris dan Hunt (1975) dan juga dikenal sebagai Infant Psychological Developmental Scales. Skala-skala ini dirancang untuk menilai pencapaian kemampuan kognitif anatara 2 minggu sampai 2 tahun. Umur-umur mencakup apa yang oleh Piaget dicirikan sebagai masa sensorimotorik yang didalamnya terdapat 6 tingkat. Dalam rangka meningkatkan kepekaan instrumen mereka, Uzgiris dan Hunt mengkalsifikasikan respon-respon ini ke dalam lebih daripada 6 tingkat, jumlahnya bervariasi dari 7 sampai 14 dalam skala yang berbeda. Rangkaian ini mencakuo 6 skala yang dinamakan sebagai berikut :
·    Permanensi Objek : pengertian yang muncul dari anak terhadap objek-objek yang secara independen  ada, diindikasikan oleh tindakannya mengikuti objek dengan matanya dan usahanya untuk mencari objek setelah objek itu disembunyikan secara semakin lama semakin sulit.
·       Perkembangan Sarana : untuk mencapai tujuan lingkuan yang disukai, anak menggunakan tangan dan sarana-sarana lain, misalnya tali, tongkat, alat penunjang, dan sebagainya dalam upaya menggapai objek.
·         Imitasi : mencakup peniruan gerak tubuh atau suara.
·   Kausalitas Operasional : anak menangkap dan beradaptasi dengan kausalitas objektif, seperti ditunjukkan oleh respon yang menentang dari secara visual melihat tangannya menjalankan perilaku yang dikendaki dari seorang manusia dan menggerakkan mainan mekanisme.
·  Hubungan-hubungan Objek dalam Ruangan : anak mengkoordinasikan skemata melihat dan mendengar untuk melokasikan objek dalam ruangan dan memahami hubungan-hubungan seperti itu sebagai wadah, keseimbangan, dan gravitasi.
·    Perkembangan Skemata : untuk berhubungan dengan objek, anak memberikan respon terhadap objek dengan melihat, merasa, memanipulasi, menjatuhkan, melempar, dan sebagainya dan dengan cara sosial mendorong skemata yang sesuai untuk objek-objek tertentu.
Skala-skala ini aslinya dirancang untuk mengukur efek dari kondisi lingkungan yang khusus pada laju dan jalannya perkembangan bayi.

2. Mengetes Penyandang Cacat Jasmani

Syarat pendidikan yang sesuai dengan semua anak cacat jasmani dicakup oleh Individuals with Disabilities Education Act. Syarat-syarat Civil Rights umum yang dimandatkan untuk minoritas lain diperluas untu mencakup orang-orang yang memiliki ketidakmampuan jasmani. Perundangan ini melarang dalam bidang-bidang pendidikan praktik mempekerjakan orang, akses pada fasilitas jasmani, pendidikan sekolah, kesehatan, kesejahteraanm dan pelayanan sosial. Jalan utama untuk menangani tes semacam itu meliputi :
1.       Modifikasi medium pengetesan, batas waktu, dan isi tes yang ada.
2.       Penilaian klinis yang disesuaikan dengan individu bersangkutan, yang memadukan skor-skor tes dengan sumber-sumber data lain dari sejarah biografis, wawancar, dan penilaian atas pengamat kehidupan sehari-hari yang mendapat informasi secukupnya.
Educational Testing Service menggunakan versi standar dan non-standar dari College Board SAT dan GRE General Test dengan 4 kelas pelamar cacat, yaitu kerusakan pendenganran, kerusakan penglihatan, ketidakmampuan belajar, dan kerusakan fisik. Karakter-karakter psikometris yang diselidiki mecakup reliabilitas, fungsi soal diferensial, struktur faktor, dan indeks-indeks validitas lain terkait dengan tingkat kerja dan kekuatan prediksi. Masalah-masalah dan prosedur pengetesan khusus dirujukan pada tiga kategori utama ketidakmampuan jasmani, yaitu pendengaran, penglihatan,dan motorik.

Kerusakan Pendengaran

Anak-anak dengan kerusakan pendengaran biasanya dirugikan oleh tes-tes verbal dan bila isi verbal direpresentasikan secara visual. Tetapi dengan kemajuan akhir-akhir ini, penilaian fungsi pendengaran telah mendiagnosis kerusakan pendengaran secara akurt dan memulai pemulihan saat bayi berusia beberapa bulan (Shah & Boyden, 1991). Pengetesan anak-anak tuna rungu adalah sasaran primer dalam pengembangan skala kinerja paling awal, seperti Pintner-Paterson Performance Scale dan Arthur Performance Scale. Ter verbal digunakan jika pertanyaan lisan diketik pada kartu. Pada tingkatan lebih dasar, Hiskey Nebraska Tes of Learning Aptitude (Hiskey, 1966) dikembangkan dan dibakukan pada anak-anak tuli dan sulit mendengar. Ini tes individual yang cocok untuk umur 3 sampai 17 tahun. Hiskey-Nebraska memilki reliabilitas dan bukti validitas memadai dana dipandang sebagai salah satu tes terbaik untuk digunakan pada anak-anak kerusakan pendengaran (Sullivan & Burley, 1990)

Kerusakan Penglihatan

Teknik-teknik pengetesan lain yang sesuai telah digunakan, misalnya dengan tape recorder. Tes-tes seperti College Board Scholastic Assesment Test (SAT) juga dalam format besar atau huruf Braille. Contoh paling awal tes intelegensi umum yang telah diadaptasi untuk para tuna netra adalah tes binet. Profil Weschler atas anak-anak dengan kerusakan pelnglihatan telah menunjukkan pola yang sama melintasi berbagai telaah; hasilnya menunjukkan bahwa komposisi fakorial tugas berbeda untuk mereka dibanding 8ntuk anak penglihatan normal. Meskipun IQ tak dianggap akurat seluruh fungsi kognitif anak dengan kerusakan penglihatan, dlam tangan penguji skala Weschler bisa menyediakan informasi diagnostic yang berguna dengan kekuatan dana kelemahan anak-anak. Untuk anak-anak kerusakan penglihatan mempunyai contoh terbaik yaitu Blind Learning Aptitude Test (BLAT), adalah tes yang diselenggarakan secara individual, yang memasukkan soal-soal yang diapdatasi dari tes-tes lain, misalnya Raven’s Progressive Matrices dan soal-soal non-verbal lainnya, serta mempresentasikannya dalam suatu format yang timbul.

Kerusakan Motorik

Ketidak mampuan motorik yang parah ditemukan di antara orang-orang dengan cerebral palsy yang menggunakan tes intelegensi umum seperti Stanford-Binet. Berbagai tes yang dibahas pada awalnya dirancang untuk digunakan dalam pengetesan silang budaya, juga dapat diterapkan pada orang-orang tidak mampu secara motorik. Adaptasi Leiter International Performance Scale dan Porteus Mazes untuk anak-anak penderita cerebral palsy (Allen & Collins, 1955). Jenis tes lain yang memungkinkan penggunaan repons dengan menunjuk adalah tes kosakata bergambar. Tes ini memberikanukuran cepat atas kosakat “penggunaan” yang membuat tes itu dapat diterapkan, tertama pada orng-orang yang tidak dapat membuat vokalisasi dengan baik dan para tuna rungu. Prosedur yang sama dari pengadaan tes digabungkan dalam tes klasifikasi bergambar, sebagaimana diilustrasikan oleh Columbia Mental Maturity Scale (CMMS-Burgmeister, Blum & Lorge, 1972). Data ekstensif tentang validitas dan kemampuan aplikasi CMMS pada berbagai kelompok individu penyandang cacat sudah tersedia untuk bentuk awal tes ini. Akan tetapi, karena norma-normanya sudah kadaluarsa dan rentang penaksiran kemapuan yang sempit kemampuan aplikasi CMMS agak terbatas.

3. Pendekatan pada Pengetesan Lintas Budaya

 Pendekatan pertama menyangkut pilihan soal yang umum bagi banyak budaya yang berbeda dan validasi tes yang dihasilkan menurut kriteria llokal dalam banyak budaya yang berbeda. Pendekatan kedua adalah mengembangkan tes dalam satu budaya dan menjalankan untuk orang dengan latar belakang budaya yang berbeda. Kita seharusnya menghindari kesalahan karena memandang tes apapun yang dikembangkan dalam kerangka kultural tunggal sebagai tongkat pengukur universal untuk mengukur ‘intelegensi’ atau konstruk-konstruk lainnya. Yang bisa dipastikan dengan tindakan semacam ini adalah jarak kultural antara kelompok-kelompok dan juga derajat akulturasi seseorang serta kesiapannya untuk aktifitas pendidikan dan pekerjaan spesifik untuk budaya tertentu. Pendekatan ketiga adalah berbagai tes yang berberda bisa dikembangkan dalam budaya, divalidasikan menurut kriteria lokal dan digunakan hanya dalam budaya yang sesuai. Tiap tes yang diterapkan hanya dalam budaya dimana tes itu dikembangkan dan tak diusahakan perbandingan lintas-budaya apapun. Pengetesan multikultural bergerak menjauh dari penyusunan tes-tes khusus dan lebih berfokus pada perang penguji selama proses pengetesan. Pada dasarnya, tanggung jawa penguji untuk :
·         Memilih tes yang paling cocok dengan maksud penggunaan tes
·         Menyajikan dan menyelenggarakan tes secara efektif untuk individu-individu tertentu.
·         Menginterpretasikan hasil-hasil tes dilihat dari segi latar belakang dan konteks pengalaman individu (pekerjaan, pendidikan, komunitas, dan sebagainya)

Pengetesan lintas budaya menyoroti peran penting yang dimainkan oleh pola asuh orangtua dan lingkungan rumah tangga dalam perkembangan intelektual seorang anak yang sedang tumbuh. Perbedaan lingkungan tidak terbatas pada populasi etnis atau budaya dengan jelas dapat didefinisikan, tetapi bisa sangat mempengaruhi perkembangan psikologis pribadi.Tes untuk Populasi Khusus

Tes populasi khusus adalah tes-tes yang diguakan pada orang-orang yang tidak bisa diuji dengan cara biasa atau pada cara umumnya. Dalam tes populasi khusus ini bisa kita lihat dari sisi kelompok usia dan juga ada yang dari sisi kurva normal. Empat kategori utama bisa dikenal dari beberapa jenis :
1.       Tes-tes untuk tingkat bayi dan pra-sekolah.
2.       Tes-tes yang digunakan untuk penaksiran komprehensif orang-orang yang mentalnya terbelakang.
3.       Tes-tes untuk orang dengan beragam kekurangan indrawi dan motorik.
4.       Tes-tes yang dirancang untuk digunakan melintasi berbagai kultur dan sub-kultur.

1. Pengetesan Bayi dan Anak-anak Pra-Sekolah

                Salah satu dari usaha-usaha sistematik yang paling awal untuk memahami perkembangan anak bayi normal dan prasekolah dibuat dalam serangkaian studi longitudinal oleh Arnold Gesell dan rekan-rekannya di Yale (Ames, 1989). Telaah-telaah ini memakan 4 dasawarsa. Studi ini merupakan usaha rintisan untuk memberikan metode yang sistematis dan empiris untuk menaksir perkembangan perilaku anak-anak kecil. Kebanyakan data diperoleh dari observasi langsung atas respon-respon anak terhadap mainan standar dan objek-objek stimulus lain serta dilengkapi dengan informasi yang disediakan oleh orang tua atau pengasuh utama lainnya.             
                Sejumlah anak taman kanak-kanak bisa di tes dalam kelompok-kelompok kecil dengan jenis tes yang disusun untuk tingkat-tingkat dasar. Kebanyakan tes untuk anak-anak dbawah umur 6 tahun adalah tes kinerja atau tes lisan. Sedikit tes saja yang menuntut pemakaian dasar kertas dan pensil. Lazim untu membagi lima tahun pertama menjadi masa bayi dan masa prasekolah.
                Sejak lahir sampai umur mendekati 18 bulan sampai 60 bulan, dari sudut pandang penyelenggara tes, seharusnya diperhatikan juga bahwa seorang bayi harus dites sambil tiduran, dipangku, atau digendong oleh seseorang. Banyak dari tes-tes ini menyangkut oerkembangan sensori-motori, seperti didemonstrasikan oleh kemampuan bayi mengangkat kepala, berbalik, meraih, dan memegang atau mengikuti objek yang bergerak dengan matanya. Di pihak lain, anak prasekolah bisa berjalan, duduk di meja, menggunakan tangannya untuk memanipulasi objek tes, dan berkomunikasi dengan bahasa. Pada tingkat prasekolah, anak juga lebih responsif terhaddap penguji sebagai pribadi, sementara untuk si bayi penguji berfungsi untuk menyediakan objek stimulus. Pengetesan pra-sekolah adalah proses yang jauh lebih antar pribadi.
                Skala-skala khusus yang dirancang untuk anak-anak dan masa kanak-kanak awal serta mewakili berbagai pendekatan adalah :
1.       Skala Weschler
2.       Skala Stanford-Binet
3.       Skala Kaufman
4.       Skala Kemampuan Diferensial.
Skala-skala ini digunakan dalam penilaian anak-anak prasekolah karena tes-tes ini mencakup usia 2-6 tahun selain untuk umur yang lebih tua.

Skala Bayley untuk perkembangan Bayi

Tes yang tersususn dengan amat baik untuk tingkat usia yang paling dini adalah skala Bayley untuk perkembangan bayi. Skala-skala Bayley II memberikan tiga alat komplementer untuk menilai status perkembangan anak diantara umur 1 bulan sampai 3,5 tahun.
·         Mental Scale : skala mental mengambil sampel misalnya ketajaman sensorik dan perseptual, memori, proses belajar, pemecahan masalah, vokalisasi, permulaan komunikasi verbal, dan pemikiran abstrak yang mendasar.
·    Motor Scale : Skala motor melakukan pengukuran kemampuan motorik besar, misalnya duduk, berdiri, berjalan dan menaiki tangga, seperti halnya juga memanipulasi tangan dan jari.
·   Behaviour Rating Scale : skala peringkat perilaku dirangcang untuk menaksir berbagai aspek perkembangan kepribadian, spserti perilaku emosional dan sosial, rentang dan pembangkitan perhatian, ketekuan dan keterarahan pada sasaran.
Bayley mengamati bahwa skala-sakalanya, seperti semua tes bayi, seharusnya digunakan, terutama untuk menaksir status perkembangan dewasa ini daripada untuk memprediksi tingkat-tingkat kemampuan selanjutnya. Perkembangan kemampuan pada usia dini renta terhadap begitu banyak pengaruh yang mengganggu sehingga memberikan prediksi yang bernilai kecil. Aylward (1995) telah mempersiapkan Bayley Infants Neurodevelopmental Screener (BINS), pengukuran yang dirancang untuk dngan cepat, dengan menggunakan kombinasi antara 11 dan 13 soal dari Bayley II dan tes-tes neurologis lainnya.

Skala McCarthy untuk Kemampuan Anak-anak.

Pada tingkat prasekolah, instumen yang tersusun dengan baik adalah McCarthy Scales of Children Abilities yangs esuai bagi anak-anak yang berumur antara 2.5 dan 8.5 tahun. Skala ini terdiri dari 18 tes yang dikelompokkan ke dalam 6 skala yang tumpang tindih.
·         Verbal
·         Kinerja-Perseptual
·         Kuantitatif
·   Kognitif umum : didasarkan pada 15 dari 18 tes dalam kumpulan tes, paling dekat dengan pengukuran global tradisional atas perkembangan intelektual.
·         Memori
·         Motor

Skala-skala Piagetian

Pada dasarnya, skala Piagetian itu ordinal dalam pemngertian bahwa skala-skala itu mengandalkan urutan seragam dari perkembangan melalui tahap-tahap berurutan. Tahap-tahap ini, yang merentang dari periode sejak bayi sampai masa remaja dan seterusnya. Tugas-tugas piagetian berfokus pada perkembangan jangka panjang dari konsep-konsep tertentu atau skemata kognitif dan bukan pada sifat yang luas. Objek utama dari skala-skala Piagetian adalah mendapatkan penjelasan anak untuk peristiwa yang diamati dan alasan-alasan yang mendasari penjelasannya. Skoring secara khusus didasarkan pada kualitas respon-respon terhadap sejumlah kecil situasi masalah yang isajikan pada anak itu dan bukan jumlah atau kesulitan soal-soal yang berhasil diselesaikan. Penguji lebih konsentrasi pada proses pemecahan masalah daripada produk. Tes tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam 2 kategori :
·         Skala ordinal untuk bayi
·  Tugas-tugas yang idrancang untuk melihat pencapaian tahap-tahap pra-operasional, konkret operasional, dan formal operasional.

Ordinal Scales of Psychological Developmental

Dipersiapkan oleh Uzgiris dan Hunt (1975) dan juga dikenal sebagai Infant Psychological Developmental Scales. Skala-skala ini dirancang untuk menilai pencapaian kemampuan kognitif anatara 2 minggu sampai 2 tahun. Umur-umur mencakup apa yang oleh Piaget dicirikan sebagai masa sensorimotorik yang didalamnya terdapat 6 tingkat. Dalam rangka meningkatkan kepekaan instrumen mereka, Uzgiris dan Hunt mengkalsifikasikan respon-respon ini ke dalam lebih daripada 6 tingkat, jumlahnya bervariasi dari 7 sampai 14 dalam skala yang berbeda. Rangkaian ini mencakuo 6 skala yang dinamakan sebagai berikut :
·    Permanensi Objek : pengertian yang muncul dari anak terhadap objek-objek yang secara independen  ada, diindikasikan oleh tindakannya mengikuti objek dengan matanya dan usahanya untuk mencari objek setelah objek itu disembunyikan secara semakin lama semakin sulit.
·       Perkembangan Sarana : untuk mencapai tujuan lingkuan yang disukai, anak menggunakan tangan dan sarana-sarana lain, misalnya tali, tongkat, alat penunjang, dan sebagainya dalam upaya menggapai objek.
·         Imitasi : mencakup peniruan gerak tubuh atau suara.
·  Kausalitas Operasional : anak menangkap dan beradaptasi dengan kausalitas objektif, seperti ditunjukkan oleh respon yang menentang dari secara visual melihat tangannya menjalankan perilaku yang dikendaki dari seorang manusia dan menggerakkan mainan mekanisme.
·  Hubungan-hubungan Objek dalam Ruangan : anak mengkoordinasikan skemata melihat dan mendengar untuk melokasikan objek dalam ruangan dan memahami hubungan-hubungan seperti itu sebagai wadah, keseimbangan, dan gravitasi.
·   Perkembangan Skemata : untuk berhubungan dengan objek, anak memberikan respon terhadap objek dengan melihat, merasa, memanipulasi, menjatuhkan, melempar, dan sebagainya dan dengan cara sosial mendorong skemata yang sesuai untuk objek-objek tertentu.
Skala-skala ini aslinya dirancang untuk mengukur efek dari kondisi lingkungan yang khusus pada laju dan jalannya perkembangan bayi.

2. Mengetes Penyandang Cacat Jasmani

Syarat pendidikan yang sesuai dengan semua anak cacat jasmani dicakup oleh Individuals with Disabilities Education Act. Syarat-syarat Civil Rights umum yang dimandatkan untuk minoritas lain diperluas untu mencakup orang-orang yang memiliki ketidakmampuan jasmani. Perundangan ini melarang dalam bidang-bidang pendidikan praktik mempekerjakan orang, akses pada fasilitas jasmani, pendidikan sekolah, kesehatan, kesejahteraanm dan pelayanan sosial. Jalan utama untuk menangani tes semacam itu meliputi :
1.       Modifikasi medium pengetesan, batas waktu, dan isi tes yang ada.
2.       Penilaian klinis yang disesuaikan dengan individu bersangkutan, yang memadukan skor-skor tes dengan sumber-sumber data lain dari sejarah biografis, wawancar, dan penilaian atas pengamat kehidupan sehari-hari yang mendapat informasi secukupnya.
Educational Testing Service menggunakan versi standar dan non-standar dari College Board SAT dan GRE General Test dengan 4 kelas pelamar cacat, yaitu kerusakan pendenganran, kerusakan penglihatan, ketidakmampuan belajar, dan kerusakan fisik. Karakter-karakter psikometris yang diselidiki mecakup reliabilitas, fungsi soal diferensial, struktur faktor, dan indeks-indeks validitas lain terkait dengan tingkat kerja dan kekuatan prediksi. Masalah-masalah dan prosedur pengetesan khusus dirujukan pada tiga kategori utama ketidakmampuan jasmani, yaitu pendengaran, penglihatan,dan motorik.

Kerusakan Pendengaran

Anak-anak dengan kerusakan pendengaran biasanya dirugikan oleh tes-tes verbal dan bila isi verbal direpresentasikan secara visual. Tetapi dengan kemajuan akhir-akhir ini, penilaian fungsi pendengaran telah mendiagnosis kerusakan pendengaran secara akurt dan memulai pemulihan saat bayi berusia beberapa bulan (Shah & Boyden, 1991). Pengetesan anak-anak tuna rungu adalah sasaran primer dalam pengembangan skala kinerja paling awal, seperti Pintner-Paterson Performance Scale dan Arthur Performance Scale. Ter verbal digunakan jika pertanyaan lisan diketik pada kartu. Pada tingkatan lebih dasar, Hiskey Nebraska Tes of Learning Aptitude (Hiskey, 1966) dikembangkan dan dibakukan pada anak-anak tuli dan sulit mendengar. Ini tes individual yang cocok untuk umur 3 sampai 17 tahun. Hiskey-Nebraska memilki reliabilitas dan bukti validitas memadai dana dipandang sebagai salah satu tes terbaik untuk digunakan pada anak-anak kerusakan pendengaran (Sullivan & Burley, 1990)

Kerusakan Penglihatan

Teknik-teknik pengetesan lain yang sesuai telah digunakan, misalnya dengan tape recorder. Tes-tes seperti College Board Scholastic Assesment Test (SAT) juga dalam format besar atau huruf Braille. Contoh paling awal tes intelegensi umum yang telah diadaptasi untuk para tuna netra adalah tes binet. Profil Weschler atas anak-anak dengan kerusakan pelnglihatan telah menunjukkan pola yang sama melintasi berbagai telaah; hasilnya menunjukkan bahwa komposisi fakorial tugas berbeda untuk mereka dibanding 8ntuk anak penglihatan normal. Meskipun IQ tak dianggap akurat seluruh fungsi kognitif anak dengan kerusakan penglihatan, dlam tangan penguji skala Weschler bisa menyediakan informasi diagnostic yang berguna dengan kekuatan dana kelemahan anak-anak. Untuk anak-anak kerusakan penglihatan mempunyai contoh terbaik yaitu Blind Learning Aptitude Test (BLAT), adalah tes yang diselenggarakan secara individual, yang memasukkan soal-soal yang diapdatasi dari tes-tes lain, misalnya Raven’s Progressive Matrices dan soal-soal non-verbal lainnya, serta mempresentasikannya dalam suatu format yang timbul.

Kerusakan Motorik

Ketidak mampuan motorik yang parah ditemukan di antara orang-orang dengan cerebral palsy yang menggunakan tes intelegensi umum seperti Stanford-Binet. Berbagai tes yang dibahas pada awalnya dirancang untuk digunakan dalam pengetesan silang budaya, juga dapat diterapkan pada orang-orang tidak mampu secara motorik. Adaptasi Leiter International Performance Scale dan Porteus Mazes untuk anak-anak penderita cerebral palsy (Allen & Collins, 1955). Jenis tes lain yang memungkinkan penggunaan repons dengan menunjuk adalah tes kosakata bergambar. Tes ini memberikanukuran cepat atas kosakat “penggunaan” yang membuat tes itu dapat diterapkan, tertama pada orng-orang yang tidak dapat membuat vokalisasi dengan baik dan para tuna rungu. Prosedur yang sama dari pengadaan tes digabungkan dalam tes klasifikasi bergambar, sebagaimana diilustrasikan oleh Columbia Mental Maturity Scale (CMMS-Burgmeister, Blum & Lorge, 1972). Data ekstensif tentang validitas dan kemampuan aplikasi CMMS pada berbagai kelompok individu penyandang cacat sudah tersedia untuk bentuk awal tes ini. Akan tetapi, karena norma-normanya sudah kadaluarsa dan rentang penaksiran kemapuan yang sempit kemampuan aplikasi CMMS agak terbatas.

3. Pendekatan pada Pengetesan Lintas Budaya

 Pendekatan pertama menyangkut pilihan soal yang umum bagi banyak budaya yang berbeda dan validasi tes yang dihasilkan menurut kriteria llokal dalam banyak budaya yang berbeda. Pendekatan kedua adalah mengembangkan tes dalam satu budaya dan menjalankan untuk orang dengan latar belakang budaya yang berbeda. Kita seharusnya menghindari kesalahan karena memandang tes apapun yang dikembangkan dalam kerangka kultural tunggal sebagai tongkat pengukur universal untuk mengukur ‘intelegensi’ atau konstruk-konstruk lainnya. Yang bisa dipastikan dengan tindakan semacam ini adalah jarak kultural antara kelompok-kelompok dan juga derajat akulturasi seseorang serta kesiapannya untuk aktifitas pendidikan dan pekerjaan spesifik untuk budaya tertentu. Pendekatan ketiga adalah berbagai tes yang berberda bisa dikembangkan dalam budaya, divalidasikan menurut kriteria lokal dan digunakan hanya dalam budaya yang sesuai. Tiap tes yang diterapkan hanya dalam budaya dimana tes itu dikembangkan dan tak diusahakan perbandingan lintas-budaya apapun. Pengetesan multikultural bergerak menjauh dari penyusunan tes-tes khusus dan lebih berfokus pada perang penguji selama proses pengetesan. Pada dasarnya, tanggung jawa penguji untuk :
·         Memilih tes yang paling cocok dengan maksud penggunaan tes
·         Menyajikan dan menyelenggarakan tes secara efektif untuk individu-individu tertentu.
·         Menginterpretasikan hasil-hasil tes dilihat dari segi latar belakang dan konteks pengalaman individu (pekerjaan, pendidikan, komunitas, dan sebagainya)
Pengetesan lintas budaya menyoroti peran penting yang dimainkan oleh pola asuh orangtua dan lingkungan rumah tangga dalam perkembangan intelektual seorang anak yang sedang tumbuh. Perbedaan lingkungan tidak terbatas pada populasi etnis atau budaya dengan jelas dapat didefinisikan, tetapi bisa sangat mempengaruhi perkembangan psikologis pribadi.