Thursday, 12 June 2014

Interpretasi Tes Psikologi

Sebuah tes psikologis adalah alat yang dirancang untuk mengukur konstruksi teramati, juga dikenal sebagai variabel tersembunyi. Sebuah tes psikologis yang berguna haus valid (ada bukti yang mendukung penafsiran tertentu dari tes) dan dapat diandalkan (yaitu secara internal konsisten atau memberikan hasil yang konsisten dari waktu ke waktu, melintasi penilai, dll)

Penilaian psikologis mirip dengan tes psikologis tetapi biasanya melibatkan penilaian yang lebih komprehensif dari individu. Penilaian psikologis adalah proses yang melibatkan memeriksa integrasi informasi dari berbagi sumber, seperti tes kepribadian normal dan abnormal, tes kemampuan atau kecerdasan, tes minat atau sikap, serta informasi dari wawancara pribadi. Informasi juga dikumpulkan tentang pribadi, pekerjaan, aau sejarah medis, seperti cacatan atau dari wawanacara dengan orang tua, pasangan, guru, atau terapis sebelumnya, dan dokter.

Seorang diagnostikus tidak bebas dalam menyelenggarakan pemeriksaan psikologi, banyak persyaratan yang dituntut dan dipertimbangkan. Tes psikologi tidak akan ada manfaatnya bila berada di tangan orang yang tidak ahli. Bila tes psikologi mengalami kesalahan dalam penyelenggaraan dan  interpretasinya, maka akan berdampak besar karena berhubungan langsung dengan kehidupan manusia. Secara ideal dan teoritis, hanya ahli psikologi dan yang telah mendapat pelatihan khusus yang berhak menyelenggarakan pemeriksaan psikologi dan psikodiagnostik. Tapi pada kenyataannya, ada ahli dari luar bidang psikologi yang menyelenggarakan pemeriksaan psikologi.

Permasalahan dalam etika pemeriksaan psikologi, biasanya :
  • Siapa yang berhak melakukan diagnosis psikologi (menyelenggarakan tes psikologi dan menginterpretasikannya)?
  • Siapa yang bertanggung jawab untuk menggunakan perangkat tes (termasuk masalah penggandaannya)?
  • Bagaimana seharusnya seorang dignostikus bersikap dan bertingkah laku dalam menegakkan diagnosa psikologi?

Dari segi penggunaannya, diagnosa psikologi dan penyelenggaraannya dikelompokkan sebagai berikut :
  • Diagnosa untuk keperluan pelatihan/pendidikan. Para calon ahli psikologi dapat membuat diagnosis sebagai latihan untuk tugas.
  • Diagnosa mengenai prestasi belajar.
  • Diagnosa dengan menggunakan tes psikologi oleh ahli psikologi atau yang mendapatkan pendidikan dan pelatihan khusus. Di tangan para ahli, tes psikologi akan sangat bermanfaat. Di tangan yang bukan ahli, bisa mendatangkan bahaya bagi individu yang ditangani.
Kategori tes menurut APA

Level A

Alat tes yang dapat diadministrasikan, di skor, dan di interpretasikan dengan bantuan manual. Dapat digunakan dan diinterpretasikan oleh non-psikolog yang bertanggung jawab seperti executive business dan kepala sekolah. Interpretasi tes ini tetap memerlukan kursus tingkat advance, lulusan sarjana dari universitas yang terakreditasi, dan pelatihan yang setara di bawah pengawasan supervisor/konsultan yang qualified. Contohnya : Tes vocational, pencapaian akademik, sebagian besar inventori minat, dan tes pilihan ganda.

Level B

Alat tes ini memerlukan latar belakang training khusus dalam administrasi, skoring, dan interpretasi. Tes ini memerlukan pemahaman tentang prinsip-prinsip psikometri, sifat-sifat yang diukur, dan latar belakang keilmuan. Orang yang mengadakan tes ini adalah mereka yang telah meyelesaikan pendidikan tingkat lanjut dalam bidang testing dari institusi yang terakreditasi, mendapatkan training dibahwah pengawasan psikolog, mendapatkan pelatihan psikometri, dan berpengalaman dalam administrasi, skoring, dan interpretasi. Tes ini mencakup sebagian besar tes prestasi/minat individual dan kelompok, inventory screening, dan tes personal. Contohnya : Tes bakat dan tes inventori kepribadian untuk populasi normal.

Level C

Memiliki kategori yang paling ketat. Selain pelatihan administrasi scoring dan interpretasi, tes ini juga membutuhkan pemahaman tes secara substantif. Orang yang bisa mengadakan tas ini adlah mereka yang mengikuti pelatihan profesional khusus, hanya digunakan oleh yang telah mendapatkan pendidikan minimun master di bidang psikologi, membutuhkan verivikasi tentang ijin/sertifikasi sebagai psikolog. Tes ini meliputi tes diagnostik klinis, kepribadian, bahasa, atau bakat (kelompok/individual). Contoh : Tes kecerdasan individu, tes proyektif, dan battery neuropsychology

Siapa yang bertanggung jawab untuk mengamankan perangkat tes?

Perangkat tes merupakan tanggung jawab para ahli yang menggunakan materi tes tersebut. Penggandaan materi hanya diperkenankan oleh penerbit yang memiliki kualifikasi dan terbatas. Semakin sulit diinterpretasikan, semakin terbatas yang dapat menerbitkan (Cronbach, 1969). Prinsip sistem kendali pendistribusian dapat dilihat di Ethnical Standards of Psychologist dari APA.

Etika dalam menginterpretasikan tes?

  • Hanya pada aspek-aspek yang dapat dikuantifikasikan
  • Pengukuran bukan pada kliennya sendiri, tapi pada fakta objektif yang berhubungan dengannya. Individu berada di luar hasil objektif yang dihasilkan.
  • Sikap pemeriksa : Sikap teknis, praktis, dan pragmatis.
  • Pembahasan hasil : rasional bukan emosional.

Sikap hubungan antara pemeriksaan dan subjek yang diperiksa (Sumadi Suryabrata, 1971) :
  1. Tidak menganggap subjek sebagai pasien atau penderita yang butuh pertolongan, tapi sebagai manusia yang mempunyai harga diri, keinginan-keinginan tertentu, dan menghargai latar belakang agama, politik, dan lingkungan sosialnya.
  2. Menjaga rahasia pribadi subjek.
  3. Membuat diagnosa dengan hati-hati.
  4. Penuh simpati dalam memahami kesulitan-kesulitan subjek.
  5. Menciptakan rasa aman bagi subjek yang diperiksa selama pemeriksaan berlangsung.

Kemampuan dan keterampilan yang diperlukan dalam proses psikodiagnostik menurut Sunberg :
  • Mengetahui tujuan penilaian (assessment) dengan jelas.
  • Dalam assessment kepribadian, diawali dengan meneliti dengan cepat masalah dan situasi hidup subjek. Lebih rinci meneliti area lain yang relevan dengan tujuan pemeriksaan.
  • Pemeriksa harus peka terhadap latar belakang budaya, sosial, etnis subjek, orang lain dan pengaruhnya terhadap pemeriksaan.
  • Prosedur pemeriksaan yang baku.
  • Membatasai jumlah data ketika mengumpulkan informasi baru tentang subjek, yang ada relevansinya dengan tujuan pemeriksaan.
  • Tidak melakukan spekulasi dalam menginterpretasikan dan menarik kesimpulan dari data yang diperoleh tentang subjek.
  • Secara umum, pemeriksa harus menguasai beberapa teori kepribadian sebagai landasan dalam menganalisis subjek yang diperiksa.



1 comment:

  1. Rabu, 11 Juni 2014 : hari ini mata kuliah psikodiagnostik ditiadakan karena Mas Seta sedang berhalangan hadir. Semua tugas-tugas tetap berjalan seperti biasanya dan dikerjakan secara individual. Untuk makalah mengenai pewayangan, hari ini deadline-nya.

    ReplyDelete