Sebuah tes psikologis adalah alat
yang dirancang untuk mengukur konstruksi teramati, juga dikenal sebagai
variabel tersembunyi. Sebuah tes psikologis yang berguna haus valid (ada bukti
yang mendukung penafsiran tertentu dari tes) dan dapat diandalkan (yaitu secara
internal konsisten atau memberikan hasil yang konsisten dari waktu ke waktu,
melintasi penilai, dll)
Penilaian psikologis mirip dengan
tes psikologis tetapi biasanya melibatkan penilaian yang lebih komprehensif
dari individu. Penilaian psikologis adalah proses yang melibatkan memeriksa
integrasi informasi dari berbagi sumber, seperti tes kepribadian normal dan
abnormal, tes kemampuan atau kecerdasan, tes minat atau sikap, serta informasi
dari wawancara pribadi. Informasi juga dikumpulkan tentang pribadi, pekerjaan,
aau sejarah medis, seperti cacatan atau dari wawanacara dengan orang tua,
pasangan, guru, atau terapis sebelumnya, dan dokter.
Seorang diagnostikus tidak bebas
dalam menyelenggarakan pemeriksaan psikologi, banyak persyaratan yang dituntut
dan dipertimbangkan. Tes psikologi tidak akan ada manfaatnya bila berada di
tangan orang yang tidak ahli. Bila tes psikologi mengalami kesalahan dalam
penyelenggaraan dan interpretasinya,
maka akan berdampak besar karena berhubungan langsung dengan kehidupan manusia.
Secara ideal dan teoritis, hanya ahli psikologi dan yang telah mendapat
pelatihan khusus yang berhak menyelenggarakan pemeriksaan psikologi dan
psikodiagnostik. Tapi pada kenyataannya, ada ahli dari luar bidang psikologi
yang menyelenggarakan pemeriksaan psikologi.
Permasalahan dalam etika pemeriksaan psikologi, biasanya :
- Siapa yang berhak melakukan diagnosis psikologi (menyelenggarakan tes psikologi dan menginterpretasikannya)?
- Siapa yang bertanggung jawab untuk menggunakan perangkat tes (termasuk masalah penggandaannya)?
- Bagaimana seharusnya seorang dignostikus bersikap dan bertingkah laku dalam menegakkan diagnosa psikologi?
Dari segi penggunaannya, diagnosa psikologi dan penyelenggaraannya
dikelompokkan sebagai berikut :
- Diagnosa untuk keperluan pelatihan/pendidikan. Para calon ahli psikologi dapat membuat diagnosis sebagai latihan untuk tugas.
- Diagnosa mengenai prestasi belajar.
- Diagnosa dengan menggunakan tes psikologi oleh ahli psikologi atau yang mendapatkan pendidikan dan pelatihan khusus. Di tangan para ahli, tes psikologi akan sangat bermanfaat. Di tangan yang bukan ahli, bisa mendatangkan bahaya bagi individu yang ditangani.
Kategori tes menurut APA
Level A
Alat tes yang dapat
diadministrasikan, di skor, dan di interpretasikan dengan bantuan manual. Dapat
digunakan dan diinterpretasikan oleh non-psikolog yang bertanggung jawab
seperti executive business dan kepala
sekolah. Interpretasi tes ini tetap memerlukan kursus tingkat advance, lulusan sarjana dari
universitas yang terakreditasi, dan pelatihan yang setara di bawah pengawasan
supervisor/konsultan yang qualified.
Contohnya : Tes vocational, pencapaian akademik, sebagian besar inventori
minat, dan tes pilihan ganda.
Level B
Alat tes ini memerlukan latar
belakang training khusus dalam administrasi, skoring, dan interpretasi. Tes ini
memerlukan pemahaman tentang prinsip-prinsip psikometri, sifat-sifat yang
diukur, dan latar belakang keilmuan. Orang yang mengadakan tes ini adalah
mereka yang telah meyelesaikan pendidikan tingkat lanjut dalam bidang testing
dari institusi yang terakreditasi, mendapatkan training dibahwah pengawasan psikolog, mendapatkan pelatihan
psikometri, dan berpengalaman dalam administrasi, skoring, dan interpretasi. Tes ini mencakup sebagian besar tes
prestasi/minat individual dan kelompok, inventory
screening, dan tes personal. Contohnya : Tes bakat dan tes inventori
kepribadian untuk populasi normal.
Level C
Memiliki kategori yang paling
ketat. Selain pelatihan administrasi scoring
dan interpretasi, tes ini juga membutuhkan pemahaman tes secara substantif. Orang
yang bisa mengadakan tas ini adlah mereka yang mengikuti pelatihan profesional
khusus, hanya digunakan oleh yang telah mendapatkan pendidikan minimun master
di bidang psikologi, membutuhkan verivikasi tentang ijin/sertifikasi sebagai
psikolog. Tes ini meliputi tes diagnostik klinis, kepribadian, bahasa, atau
bakat (kelompok/individual). Contoh : Tes kecerdasan individu, tes proyektif,
dan battery neuropsychology
Siapa yang bertanggung jawab untuk mengamankan perangkat tes?
Perangkat tes merupakan tanggung
jawab para ahli yang menggunakan materi tes tersebut. Penggandaan materi hanya
diperkenankan oleh penerbit yang memiliki kualifikasi dan terbatas. Semakin
sulit diinterpretasikan, semakin terbatas yang dapat menerbitkan (Cronbach,
1969). Prinsip sistem kendali pendistribusian dapat dilihat di Ethnical Standards of Psychologist dari
APA.
Etika dalam menginterpretasikan tes?
- Hanya pada aspek-aspek yang dapat dikuantifikasikan
- Pengukuran bukan pada kliennya sendiri, tapi pada fakta objektif yang berhubungan dengannya. Individu berada di luar hasil objektif yang dihasilkan.
- Sikap pemeriksa : Sikap teknis, praktis, dan pragmatis.
- Pembahasan hasil : rasional bukan emosional.
Sikap hubungan antara pemeriksaan dan subjek yang diperiksa (Sumadi
Suryabrata, 1971) :
- Tidak menganggap subjek sebagai pasien atau penderita yang butuh pertolongan, tapi sebagai manusia yang mempunyai harga diri, keinginan-keinginan tertentu, dan menghargai latar belakang agama, politik, dan lingkungan sosialnya.
- Menjaga rahasia pribadi subjek.
- Membuat diagnosa dengan hati-hati.
- Penuh simpati dalam memahami kesulitan-kesulitan subjek.
- Menciptakan rasa aman bagi subjek yang diperiksa selama pemeriksaan berlangsung.
Kemampuan dan keterampilan yang diperlukan dalam proses psikodiagnostik
menurut Sunberg :
- Mengetahui tujuan penilaian (assessment) dengan jelas.
- Dalam assessment kepribadian, diawali dengan meneliti dengan cepat masalah dan situasi hidup subjek. Lebih rinci meneliti area lain yang relevan dengan tujuan pemeriksaan.
- Pemeriksa harus peka terhadap latar belakang budaya, sosial, etnis subjek, orang lain dan pengaruhnya terhadap pemeriksaan.
- Prosedur pemeriksaan yang baku.
- Membatasai jumlah data ketika mengumpulkan informasi baru tentang subjek, yang ada relevansinya dengan tujuan pemeriksaan.
- Tidak melakukan spekulasi dalam menginterpretasikan dan menarik kesimpulan dari data yang diperoleh tentang subjek.
- Secara umum, pemeriksa harus menguasai beberapa teori kepribadian sebagai landasan dalam menganalisis subjek yang diperiksa.